"apa yang kau lakukan? cepat pergi!" sentak gadis itu, awalnya Wijaya kaget melihat wajah gadis itu dari dekat, gadis itu adalah Ria dari club basket semasa Wijaya masih SMA, Wijaya tak menyangka gadis yang ia coba tolong adalah gadis yang pernah dia tulis masa depanya semasa SMA dulu.
"sudahlah, aku tahu kakimu pernah cedera saat turnamen basket SMA dulu, sekarang aku tak akan tinggal diam mengetahui sesuatu yang buruk akan menimpamu lagi. Tak ada waktu!" jam menunjukkan waktu hanya tersisa satu menit. Wijaya menggendong gadis itu dan berlari sekencang mungkin ke gerbong empat untuk menyelamatkan diri mereka.
Dari arah berlawanan kereta telah terdengar bunyi kereta lain. Wijaya berlari sambil mendekap gadis itu lalu melompat ke gerbong empat.
Dua hari berlalu, Wijaya membuka matanya, dia tersadar sedang berbaring di atas kasur rumah sakit dengan infus menancap di tangannya. Dia kelihatan bingung.
"Akhirnya kau bangun juga." suara seorang gadis.
Wijaya menoleh ke arah kanannya, gadis yang ia tolong juga sedang terbaring di ruang perawatan yang sama dengan Wijaya.
"Kau.. kau selamat? syukurlah. Bagaimana dengan kecelakaannya?" tanya Wijaya pada gadis itu.
"ya, semua berkatmu, terima kasih telah menolongku. Yang aku tahu korban jiwa ada 15 orang, kebanyakan korban luka, mereka berhasil meminimalisir korban karena mereka berlari ke gerbong belakang. Saat sadar aku sedang dalam ambulans, jika bukan karenamu mungkin aku sudah ada di pemakaman sekarang." gadis itu tersenyum.
"Ah.. iya. syukurlah, walau begitu, setidaknya ini jauh lebih baik daripada jumlah korban jiwa dalam kisah itu.." gumam Wijaya.
"apa maksudmu? Oh iya, semoga lekas sembuh, karena aku punya segudang pertanyaan untukmu, bagaimana kau tahu namaku, masa laluku, dan masa depanku.."
"ya, aku Wijaya, namamu Ria bukan. Dulu kita di SMA yang sama. Aku juga sudah menyiapkan segudang penjelasan, panjang ceritanya. Ah bukan.. bukan, sebenarnya ini semua tentang Cerita pendek." Kata Wijaya sambil tersenyum.
-Aliffiandika-