Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teori Migrasi: Tilik Ramainya Tempat Wisata di Tengah Pandemi, Wisatawan Tak Takut Mati?

4 September 2020   20:55 Diperbarui: 4 September 2020   23:51 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merespon era kenormalan baru tersebut, tak hanya perkantoran dan pusat perbelanjaan yang dibuka. Berbagai tempat wisata juga turut dibuka kembali meskipun memunculkan kekhawatiran munculnya klaster baru dari sektor wisata.

Faktanya, hal itu tak membuat berbagai tempat wisata sepi pengunjung. Beberapa tempat wisata di berbagai daerah justru malah dipadati oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan yang datang dari luar daerah. 

Fenomena ini sangat menarik untuk dicermati karena era kenormalan baru bukan berarti bahwa pandemi COVID 19 telah selesai. Melainkan langkah percepatan penanganan COVID 19 dalam bidang Kesehatan, Sosial, dan Ekonomi. 

Era kenormalan baru  juga merupakan langkah lanjutan untuk memulihkan ekonomi dan menyelamtakan Indonesia dari ancaman resesi. Termasuk memulihkan kembali geliat perekonomian dari sektor wisata yang hampir sempat lesu dihantam wabah pandemi COVID 19. 

Dengan belum menurunnya tren kasus positif COVID 19 di Indonesia sampai dengan bulan Agustus, lantas faktor apa yang membuat berbagai tempat wisata ramai dengan pengunjung di tengah tren kasus positif COVID 19 yang masih tinggi?

Migrasi: Dari di rumah saja ke tempat wisata

Untuk memahami fenomena ramainya berbagai tempat wisata tersebut, ada satu sudut pandang yang bisa dipakai, yaitu mengenai Migrasi. Migrasi bisa diartikan sebagai bentuk perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari satu tempat ke tempat lain. 

Konsep mengenai migrasi ini semakin hari semakin berkembang tidak hanya untuk memahami peristiwa perpindahan penduduk dalam lingkup tempat menetap, tetapi juga mulai diaplikasikan untuk memahami fenomena-fenomena lain seperti fenomena prilaku perpindahan konsumen dari satu produk ke produk lainnya dalam bidang pemasaran.

Fenomena ramainya tempat wisata di era kenormalan baru juga bisa kita cermati dengan menggunakan konsep migrasi. Terlebih dengan konsep migrasi yang telah diperbarui seperti Push-Pull-Mooring (PPM) Theory yang dikembangakan oleh Everet S. Lee (1996), Bogue (1997), dan Moon (1995). 

Dalam teori PPM, terdapat tiga faktor yang bisa menjelaskan mengenai perpindahan, yaitu faktor dorong, faktor tarik, dan faktor tambat. 

Faktor dorong merupakan faktor negatif yang mendorong seseorang untuk meninggalkan suatu tempat, faktor tarik merupakan faktor positif yang menarik seseorang untuk mengunjungi suatu tempat, sedangkan faktor tambat merupakan faktor yang bisa memperkuat tekad seseorang untuk mengunjungi suatu tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun