Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Terumbu Karang dan Nasib Biota Laut Kita

23 Juni 2021   21:34 Diperbarui: 23 Juni 2021   21:41 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu pagi yang cerah di bulan Mei, saya dan adik saya duduk di ruang depan menikmati kopi hitam sembari bercerita lepas. Sudah menjadi kebiasaan kami di selah waktu belajar juga jika tidak punya rutinitas dan kerja yang berat.  Kami akan bercerita banyak mulai hal yang serius sampai dengan bercanda. Semua itu kami lakukan hanya untuk melepas kepenatan dan menjaga keharmonisan persaudaraan.

"Abang kan sudah selesai study kemarin. Abang tidak punya niat yang pulang kampung?" Tanya adik saya.

Mendegarnya saya langsung jawab, "Pulang dik, mungkin tiga hari lagi. Saya mau jiara ke makam kakek dan nenek kita juga bantu bapak ke kebun dan tentunya memancing."

"Oh iya bang, kalo soal mancing kualitas Abang tidak bisa di raguhkan lagi. Walau Abang selalu kala dari saya." Ucap adik saya disertai tawa.

Mendengar ucapanya saya tidak mau kala, "Ah kau ini baru narik ikan bobot 20 kg sja sudah merasa di atas angin. Abang sampai narik lumba-lumbah saja selalu merendah." Ucap saya dan tawah kami pecah.

Memancing adalah hobi saya dan adik saya sedari kecil. Hobi itu mungkin turun dari kakek dan bapak saya. Mereka biasanya pergi melaut di waktu sore dan malam jika kerja kebun telah selesai di kerjakan. Ketika pergi melaut, bapak saya juga sering mengajak saya ketika saya masih berusia kanak-kanak.

Seingat saya terakhir kami melaut saat saya hendak masuk ke sekolah menengah pertama (SMP). Iya, lepas itu bapak mulai mengajak adik saya yang masih di bangku SD. Sebab menginjak SMP bobot tubuh saya mulai besar dan perahu sampan bermesin dayung milik ayah itu sudah tidak bisa membawa bobot kami. Pengalaman melaut bersama ayah merupaka sebuah pengalaman manis yabg tidak pernah saya lupakan.

***

Setelah pulang kampung, banyak rutinitas yang saya lakukan. Mulai dari membantu bapak ke kebun, merawat ternak bapak, membantu tentangga yang punya hajatan dan banyak laki kerja-kerja yang taidak bisa di rinci. Walau begitu banyak rutinitas yang saya jalani saya tidak lupa untuk mengisi waktu luang dengan membaca. Dan pantai adalah tempat favorit saya bercengkaman dengan buku.

Biasanya dipagi hari sebelum ke kebun atau melakukan rutinitas lain saya menyisihkan waktu sedikit membaca di pantai. Dan saya kembali ke panti dengan buku saya ketika pulang ke kebun tepatnya senja mulai membuat merah petala. Di sini saya memilih pantai bukan hanya keindahan pantai dengan sajian angin pagi juga sore yang meneduhkan hati. Tapi juga memantau kondisi air laut, jika tenang maka saya langsung mengajak konco-konco saya pergi melaut.

Dan sore itu tepat hari ke 4 saya tiba di kampung adalah menjadi yang perdana saya melaut sejak kurang lebih 3 tahun tidak pernah melaut karna melakukan studi di luar daerah. Sebenarnya ketika hari pertama di kampung saya sudah ingin melaut karena melihat air laut yang teduh dan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun