Tak berhenti di situ, Tobias juga membuka panggungnya untuk anak-anak berbakat dari komunitas gereja, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki kemampuan menyanyi. Bersama mereka, Tobias membawakan lagu yang tak hanya memikat telinga, tetapi juga menyentuh hati. Sorak sorai dan tepuk tangan meriah tak berhenti, menjadi bukti bahwa panggung ini bukan hanya tentang musik, tapi juga tentang keberanian memberi ruang bagi semua yang ingin bersuara.
Sebagai penutup, Tobias mempersembahkan "Lembayung" Â sebuah lagu ciptaannya yang menggambarkan fase-fase hidup: tentang senja yang tak pernah benar-benar berakhir, tentang harapan yang bertahan di tengah keraguan, dan cinta yang terus menyala di batas waktu.
Ketika lampu panggung diredupkan dan tepuk tangan masih bergema di ruangan, satu hal menjadi terang: siang hingga sore itu, Tobias tidak hanya memperlihatkan siapa dirinya sebagai musisi, tetapi juga sebagai manusia. Ia membuktikan bahwa musik bukan sekadar bunyi, melainkan jembatan yang menghubungkan masa lalu yang membentuk, masa kini yang dijalani, dan masa depan yang sedang dinyanyikannya, nada demi nada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI