Mohon tunggu...
Faisal Vespa
Faisal Vespa Mohon Tunggu... -

adalah ayah 3 anak, menikmati dunia literasi, wirausaha dan petualang...asli dari surakarta ( solo ) Hadiningrat, akan tetapi saat ini berdomisili di pulau borneo, Kalimantan Barat. Bisa bersilaturahim di 087736190786

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amalan Sedekah

16 Desember 2015   23:52 Diperbarui: 16 Desember 2015   23:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keajaiban sedekah

sumber : www.laziswahdah.com

Ada banyak kisah tentang indahnya akhlak seorang muslim. Rasulullah sebagai suri tauladan selalu memberikan banyak sekali contoh sikap seorang muslim terhadap sesama. Banyak sekali kisah inspiratif yang dilakukan manusia di bumi ini dalam rangka mencontoh akhlak nabi. Salah satunya adalah sikap saling memberi, atau yang kita kenal dengan istilah sedekah. Mereka para pemberi sedekah yakin, bahwa Allah-lah yang akan mengganti hartanya yang telah disedekahkan.

Ada banyak kisah tentang keyakinan terhadap janji Allah, bahwa rezeki tak akan lari kemana. Mereka berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya, sembari selalu berbagi terhadap sesama. Banyak sekali makhluk mulia seperti ini dengan ikhlas berbagi, tanpa hingar bingar media yang meliputnya sebagai berita headline news. Cukup Allah sajalah sebagai “Reporter” yang meng –Headline news – kan beritanya di hadapan malaikat-Nya.

Belum lama kita mendengar, ada kisah menarik sang penjual jamu dari Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Lain daripada biasanya, ada yang unik dengan penjual jamu yang bernama Fauzi ini. Dia menggratiskan seumur hidup dagangannya bagi pembeli yang hafal Al-Qur’an 30 Juz. Hal ini dilakukannya dalam rangka memuliakan para penghafal kalam ilahi yang ia temui. Sungguh perbuatan yang patut diteladani, ditengah kondisi ekonomi yang tak menentu serta naiknya segala harga kebutuhan sehari –hari, dia merelakan sebagian rezeki nya untuk diberikan kepada para hafidz Al-Qur’an.

Di Malang, lain lagi ceritanya. Adalah seorang pengayuh becak yang sudah tua, mempunyai amalan unggulan yakni menggratiskan upah pelanggannya ketika hari Jum’at. Dengan sopan, beliau selalu menolak pemberian upah dari pelanggan ketika tiba hari Jum’at. Puluhan pelanggan terenyuh hatinya dengan sikap dermawan bapak tua ini. Sampai suatu ketika, bertemulah beliau dengan seorang dermawan yang kebetulan menggunakan jasanya. Ketika akan memberi upah, seperti biasanya bapak tua ini menolaknya dengan halus. Beliau mengatakan bahwa semua ini sebagai bentuk sedekah yang bisa dia berikan. Sampai akhirnya, dermawan ini takjub dengan sikap bapak ini dan dengan ikhlas memberi hadiah kepada bapak si pengayuh becak berupa tiket berangkat menunaikan ibadah haji secara gratis.

Adalah Yuniana Oktaviati, seorang perempuan paruh baya yang mempunyai kebiasaan unik dalam rangka berbagi. Warga Bantul Yogyakarta ini menggratiskan makan di kedainya kepada para dhuafa yang membutuhkan. Dalam seminggu berjualan, khusus di hari Jum’at dia membuka gratis warungnya pada jam 11 hingga jam 1 siang. Yang mampir pun banyak dari berbagai latar belakang profesi. Ada yang tukang becak, pemulung, pengemis, tukang sepatu, dan lain sebagainya. Setiap Jum’at dia selalu menyediakan 200 porsi makan yang selalu habis diserbu para dhuafa. Kebiasaan ini dilakukannya dalam rangka berbagi atas rizki yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia yakin, bahwa rezeki yang telah diberikan Allah tidak akan tertukar.

Allah SWT telah menjamin rezeki hamba-Nya. Bahkan hewan melata pun tidak luput dari janji-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim, "Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rejekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu, dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." – (QS.11 : 6). Sudah sepantasnya jika kita makhluk beriman, senantiasa meyakini bahwa Allah-lah penjamin rezeki kita.

Beberapa kisah nyata di atas memberikan hikmah bagi kita, bahwa apa yang kita berikan kepada orang lain merupakan bentuk syukur atas karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita. Rezeki Allah sangat banyak, manusia diminta untuk selalu berikhtiar menjemput rezeki. Meminjam istilah dari Ustadz Luqmanul Hakim, seorang da’i di Pontianak, bahwa setiap muslim itu “mustahil miskin”. Seseorang tidak akan miskin, asalkan dia selalu berusaha menyisihkan sebagian dari rezekinya untuk Allah. Berinfak tidak harus dengan harta, akan tetapi bisa menggunakan apa saja yang penting bisa memberikan kemanfaatan terhadap orang lain. Mereka yang berinfak di jalan Allah akan selalu “kaya” di dalam hatinya. Mereka tidak akan khawatir terhadap rezeki yang Allah berikan kepadanya.

Rezeki yang ada di tangan kita sejatinya adalah anugerah dari Allah SWT, bahkan semuanya adalah milik Allah SWT. Manusia hanya dititipi saja, sehingga dia harus bersyukur. Tugas kita adalah mendayagunakan harta titipan tersebut untuk tujuan – tujuan yang diridhoi Allah SWT. Termasuk salah satunya adalah berbagi kepada sesama yang membutuhkan, sehingga keberkahan dari harta kita akan selalu kita dapatkan. Semoga kita dapat mengamalkannya. Amin.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun