Mohon tunggu...
Faisalbjr
Faisalbjr Mohon Tunggu... Dosen - hhmm

please wait...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Kau Hapus Namaku, Sayang?

3 Mei 2021   21:35 Diperbarui: 5 Mei 2021   09:39 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Melvil Dewey, by Faisal S

Baiklah, cukup di sini perkenalan tentang Melvil Dewey. Lalu apa kaitannya dengan keputusan ALA 2019, sementara Mr. Dewey sendiri sudah wafat di tahun 1931?

Judul resolusi itu kiranya tidak mengenakkan, apalagi pemberitaan media dan reaksi pustakawan sesudah konferensi. Apakah gerangan yang bikin ALA me-rename sebuah penghargaan?

Melvil Dewey Medal, top honor yang sudah ada sejak 1952 itu dihapus. Rasisme dan pelecehan terhadap perempuan menjadi alasannya. Hemm. Kamu lihat bahwa kepustakawanan tidak terlepas dari berbagai isu sosial, ya seperti profesi lain juga.

Kita mulai dari rasisme. Dewey punya sebuah klub sosial bernama Lake Placid Club. Banyak orang yang menjadi anggotanya. Seorang bernama Henry Leipziger mengajukan diri untuk ikut Lake Placid. Sayangnya Dewey menolak. Pada saat itu Dewey sedang menjabat direktur perpustakan New York State. Pada saat itu pula mungkin warga Yahudi sedang aktif menentang anti-semitisme, dan Leipziger yang seorang Yahudi mengadukan penolakan Dewey di klub kepada pemerintah New York. Kasus tersebut membuat tokoh kita ini harus mundur dari jabatannya sebagai direktur perpustakaan.

Alasan kedua adalah pelecehan seksual terhadap perempuan yang dituduhkan atas Mr. Dewey. Tapi sebelum bicarakan itu, kamu juga harus akui jasanya. Pustakawan adalah profesi yang didominasi perempuan hingga hari ini. Tidak salah, dan pustakawan perempuan patut berterima kasih kepada Dewey.

Melalui jurusan yang ia rintis, si doi telah membuka kesempatan bagi perempuan memasuki dunia profesional. Saat itu bahkan ia harus mengakali aturan Columbia yang hanya memperbolehkan perempuan menghadiri kelas-kelas tertentu. Walhasil, dari dua puluh murid, perempuannya tujuh belas orang.

Kamu kalau baca, jadi ngerti ternyata sejak awal Tuan Dewey memuji pekerjaan di perpustakaan cocok dengan karakter perempuan, namun pada sisi lain menganggap bahwa perempuan adalah pekerja yang ekonomis dan bisa dibayar murah. Sebabnya, tugas-tugas di perpustakaan sama dengan pekerjaan di rumah tetapi dikerjakan di tempat publik.

Nah, berikut kasusnya. Doi ini diketahui pernah beberapa kali melakukan tindakan fisik yang tidak disukai perempuan. Ia disebut terlibat serangkaian "pelukan yang tidak disukai, sentuhan yang tidak disukai, ciuman yang tidak disukai" dengan rekan perempuan. Suatu waktu ia dituntut seorang mantan pegawai perempuan di pengadilan karena telah menciumnya di depan umum. Dewey sendiri tidak merasa ada yang salah dengan perilakunya. Wah gawat!!

Alasan rasisme dan pelecehan seksual itulah yang mendasari dihapusnya nama Melvil Dewey dari daftar penghargaan bergengsi bidang perpustakaan di Amerika. Tidak ada lagi Melvil Dewey Medal setelah ALA pada bulan Maret 2019 mengumumkan June Garcia memenangkannya, sebelum konferensi ALA di bulan Juni.

Keputusan organisasi pustakawan itu bukan bermaksud mendiskreditkan Melvil Dewey. Jasanya selalu diingat dan warisannya intelektualnya tetap dijaga. Pengungkapan sisi lain si doi menjadi pelajaran agar perbuatan semacam itu tidak terjadi lagi.

Kepustakawanan secara universal tidak mentolerir nilai-nilai yang bertentangan dengan keadilan, keragaman dan keterbukaan atas berbagai perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun