Mohon tunggu...
Muhammad Faiq Haqqoni
Muhammad Faiq Haqqoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencari Ilmu sepanjang ruh masih di badan

Tafakur, Tadabbur, Tasyakur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembuktian Isra Mi'raj Dalam Dimensi Sains

1 Maret 2022   20:11 Diperbarui: 1 Maret 2022   20:13 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inilah yang membuat Nabi sangat mencintai Abu Bakar melebihi dari sahabat nya yang lain. Banyak hal-hal yang selama hidupnya Abu Bakar menjadi sosok terdepan yang selalu meyakini dan mempercayakan Nabi disaat manusia lain kadang terbesit keraguan dalam dirinya.

Maka bila kita tarik lurus kejadian Isra Mi'raj yang masih menjadi perdebatan para liberalis yang mengatakan itu sesuatu yang tidak mungkin dan sangat mustahil, saat ini berapa banyak para ilmuan bahkan mereka yang mengatakan tidak mungkin berpindah kesuatu tempat dengan sangat cepat, ternyata membuat penemuan-penemuan baru, yakni pesawat terbang, pesawat luar angkasa, mobil super car. Terdapat standar ganda dan kecacatan berpikir yang mereka lakukan saat ini. Pokonya yang itu berkaitan dengan islam dan keyakinan nya sebisa mungkin mereka akan countter dengan sains.

Padahal sejatinya islam tidak pernah menerapkan dikotomi antara sains dan agama, justru islam mendorong itu untuk selalu membuktikan segala sesuatu yang masih menjadi misteri dalam segala aspek kehidupan. Sama halnya dengan perdebatan para kaum bumi datar atau bulat, islam tidak menjadikan keyakinan ini sebagai standar keimanan dan keislaman seseorang. Namun islam justru mengajarkan apabila ingin mengetahui maka belajarlah, telitilah. Ini kemudian yang banyak membuat ilmuan-ilmuan islam tumbuh subur di dunia ini, sampai akhirnya Abbas ibn Firnas mencoba untuk membuktikan dengan ilmu pengetahuan yang ia buat. Inilah indahnya islam yang selalu menuntut setiap penganutnya untuk senantias berpikir secara cerdas.

Secara kualitatif, manusia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan: Pertama, Insan (manusia), standar yang paling mudah dicapai tanpa perjuangan yg sudah ditetapkan demikian yang sudah menjadi manusia dalam arti manusiawi. Kedua, Abdullah (hamba Allah), standar yang digunakan manusia untuk berusaha taat, taat, dan taat kepada Allah agar tidak menimbulkan murka-Nya. Kriteria kedua ini sedikit lebih tinggi dari yang pertama, tetapi belum pada tingkat partisipasi aktif dalam mengubah, meningkatkan, dan menciptakan kondisi planet ini. Ketiga, Kholifatullah adalah standar manusia untuk tujuan penciptaan manusia. Dia tidak hanya patuh dengan sia-sia. Khalifatullah adalah tipe orang yang memperbaiki dan membangun. mengubah sesuatu menjadi bermanfaat, mendidik yang jahil, dan membebaskan yang teraniaya adalah contoh keterlibatan aktif manusia dalam Khalifatullah.

Pada akhirnya kita hanya perlu meng-imani segala sesuatu yang sudah sempurna dalam syariat ini, tidak ada lagi perdebatan semu dalam menjalani kehidupan bila konsep utamanya adalah islam. Masih banyak ilmu Allah yang kita tidak mampu untuk menelaah secara ratio, kita hanya harus percaya bukan karna kita tahu, melainkan karna ketidaktahuan kita. Sebab, islam dan syariatnya telah sempurna maka sami' na wa ato'na adalah keharusan bagi kita yang beriman kepada Nya.

Wallahu A'alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun