"Kitab al-Kafi adalah kitab yang paling mulia di antara keempat kitab induk (yang menjadi) pedoman mazhab Syi'ah. Tidak ada kitab yang memuat riwayat dari ahlulbait yang ditulis seperti (kitab al-Kafi) karya Tsiqatulislam (kepercayaan Islam) Imam al-Kulaini." [Lihat: Abd Somad, "Mengenal Referensi Hadits Syi'ah Kitab al-Kafi Karya Imam al-Kulaini (w. 329 H)", Jurnal Ushuluddin, Vol. XXI No. 1, (Januari 2014), hal. 1-2].
Beberapa Catatan atas Metode Kulaini
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kitab al-Kafi di antara empat kitab pokok dalam mazhab Syi'ah memang lebih unggul dari sisi kandungan masalah fikih dan akidah. Penulis al-Kafi berhasil mengumpulkan banyak riwayat dalam pelbagai bab dan mempersembahkan sebuah karya -yang luar biasa dan sulit untuk ditandingi- kepada masyarakat yang bermazhab Syi'ah.
Tidak sedikit para ulama yang memuji Kulaini dari sisi kekuatan hafalan dan ketelitiannya dalam periwayatan. Mereka memberi predikat sebagai sebuah karya yang besar dan tak tertandingi. Bagaimanapun juga, mempelajari dan menelaah isi kitab dapat memberikan gambaran yang jelas tentang metode dan gaya penulisan tentang metode dan gaya penulisan, serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada kitab tersebut secara rinci.
A. Telaah atas Sanad yang Terdapat di dalam Kitab al-Kafi
Metode dan gaya penulisan Kulaini dalam hal sanad adalah dengan memuat seluruh sanad secara lengkap. Karenanya, riwayat-riwayat dalam kitab al-Kafi seluruhnya dihiasi dengan rangkaian sanad yang lengkap -kecuali sebagian kecil riwayat- yang menjadi perantara-perantara-perantara riwayat hingga sampai pada Imam Maksum as. (Ali bin Abi Thalib). Sanad lengkap yang terdapat di dalam kitab al-Kafi merupakan salah satu dari kelebihan kitab tersebut. Akan tetapi dalam hal isnad riwayat, terdapat beberapa masalah yang patut dicatat sebagai berikut.
1. Sanad dengan Pola Mu'an'an
Sanad riwayat dalam kitab al-Kafi dalam bentuk mu'an'an, yakni rangkaian sanad yang diikat dengan lafaz 'an ()/dari. Sanad dengan pola seperti ini biasanya kondisi (kuat dan lemah) para rawinya tertutup atau tidak diketahui. Menurut para ulama, mengetahui kondisi perawi dalam sebuah riwayat merupakan ukuran penting dalam menilai sebuah hadis, juga menutupi proses periwayatan seorang rawi merupakan salah satu bentuk penipuan (tadlis) yang selalu dihindari oleh para ulama yang teliti dan jeli. Akan tetapi, jika kita mengaitkannya dengan Kulaini yang dikenal teliti dan amanah oleh semua pihak, maka penukilan riwayat yang beliau lakukan dengan model mu'an'an, semata-mata bertujuan untuk meringkas sanad. Terlebih, apabila kita mempertimbangkan bahwa kitab al-Kafi-nya itu memuat 16.199 hadis, sudah barang tentu dengan menyebutkan proses periwayatan seorang rawi akan memperbanyak volume kitabnya.
2. Terdapat Sebagian Riwayat yang Mursal dan Mu'allaq
Berkaitan dengan beberapa riwayat yang memiliki sanad yang sama, Kulaini biasanya menyebutkan riwayat pertama dengan sanad lengkap dan riwayat berikutnya yang sama hanya sekedar memberi keterangan: wa bi hadzal isnad/dan dengan sanad yang sama. Dengan demikian, di samping konsistensi yang beliau tunjukkan dalam penukilan sanad secara lengkap, dalam beberapa riwayat juga terlihat sanad riwayat yang maqthu' (sanad yang berujung pada para tabiin atau generasi setelahnya), mursal (tidak disebutkan nama rawi dari kalangan sahabat) dan mu'allaq (tidak disebutkan rangkaian sanadnya dari awal sanad, baik satu orang rawi yang tidak disebutkan, dua rawi, maupun lebih), kendati dalam jumlah yang amat terbatas. Contohnya, terdapat riwayat dengan sanad seperti:
"Al-Husain bin Muhammad dari al-Mu'alla bin Muhammad dari sebagian sahabatnya dari Abu Bashir, ia berkata:..."