Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Difficulity dan Impossibility sebagai Konsep Berpikir

16 Januari 2020   17:34 Diperbarui: 16 Januari 2020   17:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh lain: anda menekuni bidang sejarah kemudian anda diminta untuk mengerjakan soal kedokteran, lantas anda bukan mustahil dapat mengerjakannya tetapi sulit untuk mengerjakannya dengan benar, itu bukan dikarenakan esensi soal tersebut, akan tetapi faktor eksternal yaitu anda menekuni bidang sejarah, itu yang membuat hal tersebut menjadi sulit bukan soalnya ataupun diri anda sendiri, tapi jika anda mempelajari ilmu kedokteran anda pasti dapat menjawabnya dengan jawaban yang benar.

Hemat saya, perkara yang sulit itu dihasilkan karena faktor luar yang turut serta berpengaruh di dalamnya. Jika perkara yang mustahil, dia memang pada dasarnya ditimbulkan dari faktor internal/dalam atau dilihat dari esensinya bukan karena faktor luar yang mempengaruhinya. Contoh: pada saat yang bersamaan saya sedang berada diposisi duduk dan tidak duduk, ini tidak akan mungkin terjadi atau ada; karena dua hal yang belawanan tidak mungkin/mustahil dapat disatukan dan bertemu pada saat yang bersamaan.

Anda pun tidak akan mungkin melihat sesuatu pada saat bersamaan dia berada pada posisi diam dan bergerak, atau diri anda sendiri berada pada dua tempat yang berbeda dalam satu waktu. Itu bukan dikarenakan faktor luar yang mempengaruhi kejadiannya; tetapi pada hakikatnya/esensinya dia tidak akan mungkin ada, dan itu yang disebut dengan kemustahilan.

Kesimpulannya, yang dinamakan mustahil itu tidak ada; karena memang dia mustahil dalam arti tidak menerima pengadaan; tetapi janganlah kita buta untuk membedakan mana hal yang sulit dan mana hal yang mustahil. lakukanlah sesuatu selagi dia tidak mustahil (baca: sulit); karena dia masih memiliki kemungkinan untuk terjadi walaupun sedikit. 

Usahakanlah untuk mewujudkan sesuatu yang sulit; karena itu dikarenakan faktor luar (baca: kondisi) yang masih dapat dirubah; dan karena sesuatu yang sulit itu menjadi tidak mustahil bagi Tuhan yang Maha berkehendak, akan tetapi jika itu merupakan sesuatu yang mustahil, maka tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya; karena pada prinsipnya sesuatu yang mustahil itu tidak menerima pengadaan. 

Terakhir saran saya khusus untuk Maulana; karena cerita ini diambil dari secercah kejadian nyata yang terjadi, dan dia merupakan persona yang dekat dengan kehidupan saya, selazimnya saya memberikan seuntai saran untuknya. 

Maulana, jangan dengan mudahnya kamu "melepaskan" sosok yang sudah menganggapmu sebagai seorang "sahabat", karena persahabatan dan pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu berbeda maknanya. Ikatan sebuah persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu terikat dengan apa yang dinamakan "cinta", maka perkuatlah ikatan itu. Sedangkan ikatan pertemanan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak terikat dengan apa yang biasa kita sebut dengan cinta. Sekian --Allah A'lam-.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun