Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Difficulity dan Impossibility sebagai Konsep Berpikir

16 Januari 2020   17:34 Diperbarui: 16 Januari 2020   17:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abuy, begitulah aku memanggilnya, nama aslinya sih Ami, seorang gadis bercadar, memiliki mata yang indah, bulu mata yang lentik, dan mengenakan kaca mata. Yang selalu kusebut namanya pada setiap detik dalam hidupku. 

Kami belajar di Universitas yang sama dan Fakultas yang sama. Aku telah lama mengenalnya, semenjak dia minta tolong untuk membelikan buku diktat kuliah yang kebetulan stok bukunya telah habis di kampus perempuan, dan semenjak itu juga kami sering bertemu dan akrab. Eh iya, namaku Maulana.

Hati ini tidak dapat membelenggu perasaan yang selama ini kupendam, ingin sekali rasanya mulut ini mengatakan "Aku Cinta Padamu Buy", tetapi apalah daya hati yang lemah ini untuk mengatakan tiga kata itu, eh empat deh. Dibalik itu semua, dia juga sosok yang kuat, aktif, cerdas, cantik, dan anak seorang mentri.

Dia anak semata wayang, dan latar belakang keluarga dan kepribadiannya bertolak belakang denganku, aku hanyalah sosok lelaki yang gampang menyerah, bodoh, tidak memiliki wajah yang rupawan, dan selalu mendapatkan nilai terendah di kelas, bahkan di al-Azhar pun selalu gagal dalam arti tidak lulus pada beberapa mata kuliah.

Bapakku hanyalah seorang petani yang tidak menentu penghasilannya, dan ibuku seorang ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Dia lulusan terbaik di Universitas al-Azhar dengan yudisium Mumtaz Ma'a al-Martabati asy-Syaraf (Summa Cumlaude), sedangkan aku hanya mendapat yudisium Maqbul (Diterima) yaitu yudisium yang paling rendah di Universitas yang sama.

Setelah lulus kami pun pulang ke Indonesia dan ketika itu aku bertekad kuat untuk mendatangi rumahnya dan berbicara kepada orang tuanya bahwasannya aku ingin melamar Ami. 

Ketika aku baru menaiki sepeda motorku, tiba-tiba telefonku berdering, setelah ku angkat, ternyata Ami yang menelefon, dengan suara girang dia memberitahuku bahwa Ihza -yaitu teman satu Fakultasku yang memiliki kepribadian dan latar belakang yang jauh lebih baik dibanding Ami, apalagi aku.- datang ke rumahnya untuk melamarnya; akan tetapi Ami belum memberitahu keputusannya kepada Ihza.

Keputusasaan pun menghantuiku, dan aku tak sanggup lagi membendung air mata ini, dan seraya hati berkata bahwa "Tuhan sudah tidak adil padaku".

Dari cerita di atas, jika kita melihat tokoh "aku" yaitu Maulana dari latar belakang dan kepribadiannya (faktor eksternal/luar diri si aku) jika seandainya dia melamar Ami -yang di mana dia telah dilamar oleh Ihza yang memiliki latar belakang berbeda dengan Maulana walaupun Ami belum memberikan keputusan pastinya- apakah lamaran Maulana akan diterima?

Apabila kita melihat dari kondisi, latar belakang, dan kepribadian Maulana -atau dilihat dari faktor luar- maka hal atau perkara tersebut kita katakan sulit bukan mustahil, dan masih memiliki kemungkinan untuk terjadi.

Dan -juga- jika kita perhatikan juga kepada objek sasarannya (baca: esensinya sebagai manusia) Ami hanya manusia biasa -sama sepertinya- bukan sesuatu yang mustahil untuk dipengaruhi (baca: diubah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun