Mohon tunggu...
Fahrul Rozi
Fahrul Rozi Mohon Tunggu... Penulis - Saya adalah seorang pembelajar yang ingin tahu banyak hal

Aku berkarya maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesadaran dan Ada

25 Mei 2020   06:11 Diperbarui: 25 Mei 2020   07:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagi penulis Ada berarti sadar. Sadar artinya "hadir bagi objek dan subjek." Objek transendental dan subjek transendental adalah sesuatu yang masih nikmat untuk dijadikan pembahasan pada paruh pertama dari kelima paruh di abad ke-21 ini. Hal ini diperkuat dengan iklim di Indonesia yang bercorak mistisisme. Corak ini nampaknya harus terus dilestarikan. Hal ini disebabkan karena itulah yang membedakan kita (Indonesia) dengan Dunia Barat.

Budaya dan Dunia Barat terlihat sangat kering akan spiritualitas. Budaya Barat cenderung rasionalistik dan empiristik. Dua hal tersebut yang pada akhirnya, masalah sulit dipecahkan karena metode yang terlalu zoom in. Semakin rinci suatu penjelasan justru akan mengaburkan esensi atau tujuan utamanya. Tujuan utama tersebut pada akhirnya harus tersingkir atau enyah lantaran sifatnya yang terlalu zoom in.

Filsafat haruslah berisi ajaran yang bercorak mistisisme. Hal ini bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu yang sifatnya transenden. Sesuatu yang tak nampak oleh kelima indera kita adalah hal yang menarik untuk dikaji. Bagaimana kemudian objek tersebut hadir bagi orang tertentu yang dapat melihatnya. Bagi "orang biasa" objek dan subjek transenden mungkin saja tidak terlihat (invisible).

Indera sifatnya menipu. Hal ini disebabkan karena indera tersebut tidak menampilkan apa yang kita lihat. Indera haruslah kita ragukan. Meragukan indera artinya menunda terlebih dahulu aktivitas yang menggunakan mata, tangan, mulut, hidung, dan reseptor panas atau dingin. Dengan demikian kita akan memperoleh kebenaran.

Melulu menggunakan indera sama halnya dengan membiarkan kekeliruan terus ada, kekeliruan akan berhenti tatkala kita berpikir (self cogitans). Dengan berpikir otak kita akan bekerja sebagaimana mestinya. Tidak berpikir artinya membiarkan indera terus dalam kekeliruan.

Kesadaran terbentuk karena pikiran kita yang senantiasa aktif. Pikiran yang aktif mampu mengalahkan departemen pernujuman. Departemen pernujuman akan sangat mempengaruhi pola pikir filsuf. Filsuf akan terombang-ambing tatkala aktifnya departemen pernujuman. Oleh karena itu untuk mengatasi kekacauan pikiran karena pernujuman, adalah dengan membaca. Membaca mampu mengikis segala debu dan kotoran di otak. Dampaknya otak akan bersih dan terbebas dari karat. Waktu akan dengan sendirinya datang dan "hadir bagi kita" karena otak yang difungsikan aktif oleh penggunanya. 

Ada adalah ketika kita berpikir. Saya memang menggunakan pernyataan Rene Descartes (1596-1650), namun berpikir yang dimaksud memiliki batasan. Dalam contoh bisa saja kita berpikir tentang hari ulang tahun misalnya. Maka "Ada"-nya kita hanya pada acara ulang tahun yang kita pikirkan itu. Dengan kata lain Ada yang lain, seperti membeli tiket kereta api di loket stasiun, tidak disebut Ada; hal ini  karena kita tidak memikirkan hal tersebut. Sehingga Ada menurut saya adalah terfragmentasi. Terfragmentasi artinya terbagi-bagi. Hal ini tentunya berbeda dengan Rene Descartes yang cenderung lebih general.

Ada dimengerti sebagai suatu hal yang sifatnya subjektif. Maksudnya adalah setiap orang berbeda-beda. Ketika orang berpikir tentang sesuatu, maka ia "Ada" dan "hadir" bagi sesuatu yang ia pikirkan. Orang umumnya tidak mampu berpikir secara mendetail dalam kegandaan. Maksudnya hanya mampu berpikir secara mendetail didalam satu topik saja. Dua topik dan detail pada umumnya hanya memusingkan common sense (pikiran umum.)

Fahrul Rozi, 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun