Saat itu lah, Nabi Muhammad SAW mengangkat dan memuliakan perempuan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita secara tidak langsung tentang feminisme.
Laki-laki Muslim dalam Gerakan Feminisme
Mungkin tanpa kita sadari, diri kita adalah seorang misoginis. Bukan hanya kita, tetapi  banyak orang di dunia ini. Dengan belajar tentang feminis, kita bisa meraih kehidupan yang seimbang tanpa harus memandang rendah kaum perempuan. Jika demikian, kemaslahatan ummat dapat terwujud.
Misoginis secara sederhana merupakan sikap merendahkan perempuan. Dalam sistem sosial patriarki, hal ini sangat mudah dijumpai. Lelaki menjadi makhluk dominan yang menghentikan jalan terhadap perempuan dalam banyak hal.
Meletakkan perempuan hanya di dalam ruang privat, membatasi perempuan dalam kepemimpinan, dan contoh lain sebagainya yang masih terjadi sebagai bentuk praktik misoginisme, baik disadari ataupun tidak.
Sayangnya kita terlanjur antipati terhadap feminisme karena istilah ini muncul dari Barat. Teori-teori feminisme pun disebut tidak cocok untuk diterapkan di negara basic budayanya religius seperti Indonesia.
Liberal, kelewat batas dan norma, tidak patuh pada takdir, dan banyak sebutan bagi gerakan feminisme. Padahal secara praktik, feminisme merupakan sebuah gerakan yang sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Feminisme memperjuangkan kesetaraan. Secara kodrat, lelaki dan perempuan diciptakan berbeda. Namun kita harus bisa dibedakan mana yang masuk wilayah budaya dan mana yang memang hanya bisa dijalankan perannya oleh lelaki atau perempuan karena struktur tubuh yang berbeda.
Misalnya, menyusui. Hal ini memang khusus bisa dilakukan oleh perempuan. Tubuh perempuan memungkinkan untuk menjalankan fungsi ini. Tetapi mengasuh anak tentu bukan kewajiban perempuan. Hal ini bisa juga dilakukan oleh lelaki.
Contoh lain adalah akses pendidikan dan ekonomi. Apakah perempuan boleh kaya dan pintar? Jika perempuan kaya dan pintar apakah ada lelaki yang berani mendekatinya? Tentu saja boleh. Ketika menikahi Sayyidah Khadijah, Nabi Muhammad SAW tidak merasa inferior karena Khadijah merupakan seorang perempuan cerdas dan kaya raya.
Hanya saja struktur budaya kita memang sangat patriarkis. Yang mengamini bukan hanya lelaki, tetapi sebagian perempuan masih menganggap dirinya makhluk yang lemah yang butuh dilindungi dan dijaga.Â