Petasan telah banyak menciptakan kerugian, namun rantai produsen-konsumen terus berputar dan semakin menggila saat lebaran tiba.
Di Blitar misalnya, di dusun Sadeng, Ponggok, puluhan rumah rusak dan belasan jiwa menjadi korban karena meledaknya bahan petasan.
Baru saja, seorang pengendara wafat dan rusak organ dalamnya saat terjatuh dari motor usai menyerempet pesepeda.
Tasnya berisi petasan, dan meledak saat ia terjatuh. Ngeri.
Telah banyak kasus rumah rusak karena terdampak petasan, luka bakar karena terkena petasan, lebaran yang harusnya penuh kebahagiaan jadi moment kelabu.
Belum lagi yang gendang telinganya rusak karena efek dentuman melebihi ambang batas, atau yang semakin parah sakit jantungnya karena terus menerus dikagetkan.
Petasan telah merugikan banyak orang baik secara materi dan non materi, namun perputaran ekonominya masih cukup kencang.
Aparat penegak hukum seakan tak berkutik, keterbatasan personil untuk menertibkan pengguna petasan yang menyebar hingga sudut-sudut daerah.
Belum lagi euforia masyarakat yang masih menganggap petasan adalah pertanda lebaran, lebaran kurang afdol jika tanpa petasan.
Jalan-jalan yang dipenuhi sampah kertas adalah pemandangan wajar saat lebaran, tak perlu diributkan.