Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Memilih AHY Ketimbang Soekarwo?

20 Maret 2018   17:22 Diperbarui: 20 Maret 2018   17:34 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memang nampak jelas dikhususkan di Partai Demokrat, mungkin karena Sang Ayah memiliki power yang sangat kuat di partai tersebut. Padahal Demokrat sendiri memiliki kader, atau tokoh yang konstestable dan memiliki rekam jejak yang bagus. Dua diantaranya, adalah Soekarwo dan TGB.

Soekarwo misal, yang tahun ini mengakhiri jabatan sebagai Gubenur Jatim setelah dua periode memimpin, tentu juga patut dipertimbangkan. Namanya layak muncul ke permukaan, sebagai alternatif Capres ataupun Cawapres yang diusung oleh Demokrat. Tentu sangat realistis ketika nama Soekarwo dipertimbangkan, sebab Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah suara terbesar kedua setelah Jawa Barat.

Sayangnya, nama AHY kini sangat melekat dengan Demokrat. Hampir sulit dilepaskan, ketika menyebut Partai Demokrat, nama AHY seolah menjadi satu-satunya figur yang mewakili. Nama-nama lain, meski sangat populer dan potensial, seperti Tuan Guru Bajang Zainul Majid, juga tidak muncul. Bahkan TGB diusung oleh relawannya sendiri.

Kekhususan AHY nampak ketika Pilgub DKI Jakarta lalu, yang mana tiket calon Gubernur langsung didapatnya, menyisihkan banyak nama yang sudah "antre" sebelumnya, seperti Yusril Ihza Mahendra. Banyak pengamat mengatakan, bahkan goal pencalonan AHY yang lalu bukan untuk menang, tapi untuk memprofilkan figurnya ke hadapan publik, dan sepertinya itu berhasil. Kini AHY masuk dalam 5 besar cawapres paling populer, bahkan masuk top 10 figur yang terjaring lembaga survey.

Kenapa bukan Pakde Karwo? Pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 7,3% ketika trend pertumbuhan nasional hanya 6,2% di era SBY. Selain itu rekam jejaknya sebagai birokrat, termasuk pernah menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, sebelum akhirnya menjadi Gubernur selama 2 periode.

Meski berlatar belakang nasionalis, karena alumnus GMNI, namun Pakde Karwo juga cukup berhasil melakukan pendekatan kepada kelompok Islam seperti NU dan Muhammadiyah. Itulah kenapa selama dua kali Pilgub, Ia mampu mengalahkan Khofifah yang mendapatkan dukungan banyak Kyai. Padahal kultur pesantren di Jawa Timur sangatlah kuat.

Pakde Karwo juga memiliki kedekatan dengan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, sejak masih dijabat Prof. Dr. Thohir Luth. Satu hal lagi yang seharusnya juga patut dipertimbangkan, adalah posisinya kini sebagai ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur. Secara hirarkis, sosok Soekarwo tentu sangat kontestable untuk maju ke arena Pilpres.

Sayangnya Demokrat, dengan kekuatan SBY di dalamnya, membuat nama AHY seolah figur tunggal. Meskipun secara potensial mungkin ada, namun AHY seolah by pass ; pensiun dari Militer langsung mendapatkan posisi dan peluang yang begitu besar, apalagi sampai muncul sebagai kandidat potensial Cawapres, diusianya yang belum sampai 40 tahun. []

Blitar, 15 Maret 2018

Ahmad Fahrizal Aziz

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun