Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duet Prabowo-Muhaimin akan Sangat Dahsyat

12 Maret 2018   14:05 Diperbarui: 12 Maret 2018   14:12 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Jawa Timur, Gerindra akhirnya memutuskan untuk mendukung Gus Ipul-Puti, yang diusung oleh PKB dan PDIP. Gus Ipul disebut representasi dari PKB, meskipun selama dua periode sebelumnya, PKB mengusung Khofifah. Gabungnya Gerindra ke koalisi PKB-PDIP, membuat suasana politik menjadi cair. Membuka satu kemungkinan andai, di lingkup pusat, Gerindra juga bisa bergandengan dengan PKB.

Sejak aksi besar 411 dan 212, kultur politik nampak terpola dengan nyata. Tokoh yang dinilai dekat dengan gerakan ini, dan mungkin sedikit banyak mendapatkan dampak elektoral adalah Prabowo. Uniknya, NU disatu sisi, meskipun PKB adalah satu dari sekian banyak entitas yang mewakili, justru sering disebut sebagai kelompok yang berseberangan dengan 411 dan 212.

Kini, di Jawa Timur, Gerindra berada satu gerbong dengan PDIP, PKB, dan PKS termasuk di dalamnya. Sementara PAN memilih berseberangan. Apalagi, sosok La Nyalla Matalitti yang disebut representasi gerakan 212 juga tidak diusung Gerindra. Koalisi yang mulanya disebut permanen, yang dinamakan KMP, ternyata juga rontok satu per satu. Suasana yang cair sedemikian ini, sangat mungkin membuka peluang duet Prabowo-Muhaimin.

Duet Prabowo-Muhaimin tentu akan semakin mencairkan kebekuan politik, terutama polarisasi isu yang sempat dibangun melalui aksi 212. Selain itu, suara Nahdliyin yang cukup besar, juga menjadi pertimbangan tersendiri, plus suara dari Prabowo yang secara elektoral juga cukup tinggi.

Alasan lain, peluang Muhaimin Iskandar untuk berduet dengan Jokowi nampaknya juga makin sulit terwujud, apalagi ada Golkar yang prosentasenya lebih besar, dan juga pertimbangan lainnya adalah, betapa strategisnya posisi cawapres kali ini sebab ada kemungkinan maju sebagai Capres 2024.

Meminimalisir kemungkinan tersebut, sebagaimana SBY pada pilpres 2009 yang akhirnya memilih Boediono menjadi Cawapres, dan tidak memilih cawapres yang potensial maju kembali ke Pilpres 2014. Sehingga pada Pilpres 2014 silam tidak ada calon incumbent, sehingga kekuatan cenderung berimbang.

Duet Prabowo-Muhaimin, andai terlaksana, tentu akan sangat mengejutkan. Tinggal seberapakah kemungkinan itu terjadi. []

Blitar, 10 Maret 2018

Ahmad Fahrizal Aziz

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun