Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Risalah Pertemuan

27 Maret 2020   18:08 Diperbarui: 27 Maret 2020   18:34 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi fahrizal muhammad

Tiap kali memperingati peristiwa Isra' Mi'raj, saya tertegun pada cara Allah menghibur Rasulullah setelah tahun kesedihan. Dalam catatan sejarah, Isra' Mi'raj terjadi pada 621 M, dua tahun setelah wafatnya sang istri tercinta, Siti Khadijah dan paman beliau, Abu Thalib. Dua sosok penting dalam perjuangan dakwah Islam itu pun pergi untuk selamanya.  

Dua kata menarik dari peristiwa itu: perpisahan dan pertemuan. Seperti apa menjelaskan sebuah pertemuan? Mengapa ia tetap menjadi salah satu misteri dalam semua episode kehidupan manusia? Benarkah kita tidak punya pilihan untuk semua lakon itu?

Pernahkah kita bisa tahu atau memilih ingin dilahirkan oleh ibu seperti apa dan ingin memiliki ayah seperti apa, juga mereka yang kita cintai? Pernahkah kita mampu mengendalikan sepenuhnya ingin bertemu dan bekerja sama dengan siapa? Pasti tidak mungkin. Ruang itu bukan kewenangan manusia.

Pertemuan antarpribadi pada titiknya membentuk ruang kolektif dan komunal yang beragam. Relasi pun tercipta. Dengan beragam norma dan aturan, tanpa kita sadari sebenarnya kita sedang melegitimasi kemisterian sebuah pertemuan menjadi salah satu gejala wajar.  Kewajaran itulah yang menempatkan kita dalam berbagai relasi kemanusiaan.

Bertemu karena Allah

Seorang anak manusia lahir. Ia langsung bertemu ibu dan ayahnya juga saudara-saudaranya yang lain. Adakah ia memiliki kekuatan dan iradah untuk mendesign pertemuan itu? Tidak. Ia menerima. Ia ridho. Penerimaan itu memungkinkannya tumbuh menjadi hamba Allah yang tangguh.

Dalam satu kelompok, mari kita berhitung satu sampai lima dan bila tiba pada orang keenam, mulai dari satu lagi. Kemudian, kumpullah bersama pemilik angka yang sama. Sekarang, dengan siapa kita berkumpul? Tak satu pun menduga, karena kita tidak bisa memilih ingin bertemu dan sekelompok dengan siapa. Tantangannya? Kita mesti siap bertemu dan bersinergi dengan siapa pun di dunia ini. Deal?

Dari sejumlah pasangan suami istri, siapa yang dengan gamblang bisa menceritakan mengapa dan bagaimana mereka bertemu? Apakah pertemuan itu semata-mata rekayasa salah seorang atau keduanya? Benarkah pertemuan mereka hanya kebetulan sejarah? Kita pasti sepakat, itu bukan kebetulan tapi bagian dari takdir.

Sunatullahnya, pertemuan selalu berpasangan dengan perpisahan. Itu pasti. Perpisahan seseorang dengan keluarga, pasangan, dan kolega kerja mestinya dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kebahagiaan pertemuan. Meskipun tetap menjadi misteri, mari akhiri setiap pertemuan dengan manis. Rayakan perpisahan sewajar menerima pertemuan, seperti yang pernah diucapkan Ustadz Arifin Ilham,"...kematian janganlah ditakuti, karena mati adalah  "liqoouhu" jalan satu satunya untuk berjumpa dengan Allah yang sangat kita cinta dan rindu ketika beribadah dan taat kepada-Nya."

Lalu, apa makna pertemuan dalam hatimu? Ketika sebentar lagi ada pilihan-pilihan yang mau tidak mau mengemuka. Bisa jadi dia adalah bulan madu kedua atau perpisahan yang pilu. Tetapi, apa pun itu, kehadiran tetaplah dia yang mengerti, betapa sehasta perjalanan tidak mengubah apa pun dalam hati. Kita masih saja gagap menggenapi mimpi yang sengaja terkonstruksi dari hati yang terbelah: menjelang halaman akhir episode ini.

Pertemuan dan Perpisahan Suci

Pertemuan dan perpisahan Rasulullah dengan para sahabatnya adalah penggalan episode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia. Di antara dua kutub waktu itulah Rasulullah memberikan semua hal terbaik sebagai uswatun hasanah untuk seluruh umatnya.

Pertemuan Rasulullah dengan Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Mas'ud, misalnya, adalah dua peristiwa menarik. Yang pertama bertemu Rasulullah sebagai budak pemberian Hakim bin Huzam bin Khuwailid kepada bibinya, Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan yang kedua bertemu Rasulullah ketika sedang menggembalakan kambing 'Uqbah abi Mu'ith. Ia berpapasan dengan Rasulullah dan Abu Bakar al-Shiddiq dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Ketika bertemu, mereka "bukan siapa-siapa" tetapi ketika berpisah dengan Rasulullah, merekalah dua sahabat utama yang dijamin masuk surga. Subhanallah.

Sahabatku, bagaimana kita bisa merasionalisasi sebuah perpisahan? Catatan kebersamaan dan keberterimaan akan tetap kita simpan sebagai jejak. Abagi. Barangkali kita masih ingat perpisahan Rasulullah dengan para sahabat dan umatnya pada saat Haji Wada' (10 H). Di hadapan sekitar 120.000 orang, Rasulullah SAW berkhutbah, "Wahai manusia, dengar dan perhatikanlah, sesungguhnya aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian selepas tahun ini." Itulah  kalimat perpisahan karena beberapa hari setelah itu, Rasulullah pun wafat dan bertemu dengan Dzat yang selama ini dirindukannya.

Pertemuan seorang hamba dengan Rabbnya adalah kerinduan abadi yang senantiasa menjadi senandung jiwa. Kita bukanlah mereka yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Allah, merasa puas dengan kehidupan dunia, dan merasa tenteram dengan kehidupan dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Allah (QS. Yunus [10]: 7).  Oleh karena itu, Rasulullah pernah berdoa,"Ya Allah, limpahkanlah rezki berupa kenikmatan melihat wajahmu yang agung."

Sahabatku, bila pertemuan dan perpisahan menjadi misteri, biarlah kita sisakan dia sebagai sebuah kewajaran yang kita insyafi. Mari kita sama-sama tersenyum untuk sepenggal waktu dalam banyak episode bersama. Bila ketika pertama kali bertemu dengan dunia ini kita menangis, maka mari kita maksimalkan daya hidup untuk mendapatkan ridho Allah, sehingga bila suatu hari nanti kita berpisah dengan kehidupan ini kita dapat tersenyum bahagia. Bukankah husnul khotimah derajat perpisahan yang kita inginkan? Wa Allah A'lam bish-shawab. 

Depok, 27 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun