Survei LinkedIn 2024 mengungkap fakta mengejutkan: 68% perusahaan di Indonesia sudah mengadopsi AI dalam operasional mereka, dan 43% dari perusahaan-perusahaan ini mengakui telah mengurangi rekrutmen untuk posisi entry-level.
"Kami tidak lagi merekrut junior copywriter sebanyak dulu," ungkap Budi Santoso, HRD Manager sebuah agensi kreatif di Jakarta. "AI sudah bisa menghandle 80% pekerjaan mereka. Kami butuh orang yang bisa meng-direct AI, bukan yang digantikan olehnya."
Ketakutan kolektif mulai muncul. Media sosial dipenuhi thread tentang "profesi yang akan punah." Mahasiswa kebingungan memilih jurusan. Pekerja paruh baya khawatir terlalu tua untuk belajar teknologi baru. Antitesis ini menciptakan gejolak, kontradiksi, dan kecemasan eksistensial.
Sintesis: Kolaborasi Manusia-AI
Seperti yang Hegel ajarkan, antitesis tidak memusnahkan tesis. Keduanya bertarung, berinteraksi, dan melahirkan sintesis---sesuatu yang lebih tinggi, lebih kompleks, lebih baik.
Inilah yang terjadi di lapangan. Rini, content writer yang sempat panik, kini justru melipatgandakan produktivitasnya. "Saya pakai ChatGPT untuk riset dan draft awal, tapi sentuhan akhir, sudut pandang unik, dan empati itu tetap dari saya," jelasnya. Penghasilannya bahkan naik 40% karena bisa menangani lebih banyak klien.
Kementerian Ketenagakerjaan RI mencatat fenomena menarik: meski ada pengurangan di beberapa posisi, muncul 3,7 juta lowongan pekerjaan baru yang berhubungan dengan teknologi dan AI antara 2023-2024. Posisi seperti AI Prompt Engineer, AI Ethics Specialist, Data Storyteller, dan Automation Manager tidak ada lima tahun lalu.
World Economic Forum dalam "Future of Jobs Report 2024" memproyeksikan bahwa 69 juta pekerjaan baru akan tercipta secara global pada 2027 lebih banyak dari 83 juta pekerjaan yang hilang. Bukan penggantian, tetapi transformasi.
Dr. Adi Nugroho, pakar AI dari Universitas Indonesia, menjelaskan: "AI mengambil alih tugas, bukan pekerjaan. Seorang dokter tidak tergantikan oleh AI diagnostik, tetapi dia bisa mendiagnosis 5x lebih banyak pasien dengan akurasi lebih tinggi. Ini sintesis: manusia + AI lebih kuat dari keduanya sendiri-sendiri."
Pola Berulang dalam Sejarah
Dialektika Hegel bukan sekadar teori. Ini pola yang berulang dalam sejarah teknologi Indonesia.