Mohon tunggu...
BAMUSWARI
BAMUSWARI Mohon Tunggu... Balai Musyawarah Indonesia

BAMUSWARI (Balai Musyawarah Indonesia) adalah NGO yang berkomitmen memperkuat demokrasi, keadilan hukum, pelestarian kebudayaan, dan pemberdayaan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Seni

"Barong Bali: Sejarah, Ritual, dan Transformasi Sakralitas dalam Kebudayaan Bali"

2 September 2025   19:27 Diperbarui: 2 September 2025   19:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi. (2025). Foto Ilustrasi Barong Bali

b) Alur Cerita Tari Barong Gerakan tari barong tidak kalah unik dari tari tradisional Bali lainnya. Dalam pementasannya, tarian ini dilakukan dalam 5 babak yang dijelaskan sebagai berikut:

  1. Gending Pembuka merupakan gambaran dari barong dan kera yang tengah bermain di hutan, kemudian datanglah 3 orang mengenakan topeng dan membuat keributan serta merusak hutan. Terjadilah perkelahian diantara mereka, dimana kera sanggup memotong hidung salah satu dari mereka.
  2. Babak I adalah bagian tentang kemunculan dua orang penari. Keduanya adalah pengikut Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang melakukan perjalanan untuk bertemu patih.
  3. Babak II merupakan saat pengikut Dewi Kunti datang dan Rangda berubah menjadi setan yang memasukan roh jahat kepada pengikut Dewi Kunti dan membuatnya marah.
  4. Babak III adalah kemunculan Dewi Kunti dengan anaknya Sahadewa. Kemudian ia berjanji pada Rangda untuk menyerahkan Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak rela mengorbankan anaknya, akan tetapi setan membuat Dewi Kuni marah dan muncul niat mengorbankan anaknya. Selain itu, ia juga memerintahkan patihnya untuk membuath Sahadewa ke dalam hutan. Patihnya mengikut perintah tersebut karena telah kerasukan roh jahat sehingga Sahadewa dikurung di istana Rangda.
  5. Babak IV ialah saat kemunculan Dewa Siwa yang memberikan keabadian kepada Sahadewa tanpa sepengetahuan Rangda. Kemudian ketika Rangda membunuh Sahadewa, maka Sahadewa tidak dapat mati karena memiliki kekebalan terhadap kematian dari Dewa Sewa. Selanjutnya Rangda menyerah dan memohon keselamatan agar masuk surga. Perintah tersebut dikabulkan oleh Sahadewa.
  6. Babak V menceritakan tentang Kalika, yaitu pengikut Rangda yang menghadap Sahadewa. Keduanya berkelahi dimana Kalika berubah menjad Babi Hutan. Dalam perkelahian tersebut Sahadewa berhasil memenangkan pertarungan. Selanjutnya Kalika berubah menjadi burung namun tetap berhasil dikalahkan. Kemudian Kalika berubah kembali menjadi Rangda, akan tetapi Sahadewa tidak dapat membunuhnya. Sahadewa lalu berubah menjadi Barong. Karena keduanya sama-sama sakti, maka pertarungan antara kebaikan dan kejahatan berlangsung selamanya.

c) Keunikan Tari Barong adalah warisan budaya Bali dengan segala keunikannya. Berikut ini adalah ciri dan keunikan tari barong Bali, antara lain adanya tokoh barong yang menjadi karakter utama, bercerita tentang kebaikan dan keburukan yang ada di dunia, memiliki alur cerita yang unik dan sakral, penari melakukan gerakan-gerakan enerjik dan langka.

Jenis-Jenis Barong Bali

Setiap desa di Bali memiliki jenis Barong khas sebagai manifestasi roh pelindung setempat. Jenis-jenis Barong utama meliputi Barong Ket (Singa), Barong Bangkal (Celeng/Babi), Barong Macan (Harimau), Barong Gajah (Gajah), Barong Asu (Anjing), Barong Lembu (Sapi), dan Barong Landung (Dua Raksasa), Barong Brutuk, dan Barong Nongnongkling. Masing-masing memiliki karakteristik fisik dan makna simbolik tersendiri sesuai legenda lokal.

  • Barong Ket (Singa)

Barong Ket adalah bentuk Barong yang paling umum dan paling dikenal. Berbentuk singa raksasa dengan kepala hiasan melengkung dan bulu putih yang tebal, Barong Ket sering dijuluki banaspati raja (raja hutan), simbol roh baik pelindung desa. Tarian Barong Ket menampilkan gerakan kompleks dan dramatis dengan dua penari di dalamnya. Wilayah Gianyar (termasuk Ubud) sangat dikenal dengan Barong Ket-nya. Sebagai salah satu unsur warisan budaya Bali, Barong Ket juga telah diakui UNESCO dalam konteks tarian sakral Bali.

  • Barong Bangkal (Celeng)

Barong Bangkal menyerupai babi hutan jantan tua. Dalam mitos Bali, babi dianggap memiliki kekuatan magis. Kostum Barong Bangkal biasanya terbuat dari kain beludru hitam atau coklat, dihias motif kulit kerbau dan kelap-kelip perhiasan. Pertunjukan Barong Bangkal umumnya dilakukan secara ngelawang, mengelilingi desa (misalnya saat Galungan dan Kuningan) untuk menebar berkah dan menolak sial. Warna gelap dan cermin di tubuhnya melambangkan kekuatan ajaib yang menakutkan namun melindungi.

  • Barong Macan (Harimau)

Barong Macan berupa topeng berbentuk harimau besar. Bulu dan kostumnya menggunakan beludru bermotif belang seperti kulit harimau, serta hiasan dari kulit sapi berukir motif tradisional. Harimau adalah binatang mistis penting dalam cerita rakyat Bali (tantri). Layaknya Barong Bangkal, Barong Macan juga sering diarak ngelawang dengan iringan gamelan Batel, terutama di daerah yang memiliki cerita lokal terkait harimau. Kegarangan gerakan Barong Macan menggambarkan kekuatan pelindungnya.

  • Barong Gajah (Gajah)

Barong Gajah ditampilkan dalam wujud gajah besar dengan belalai. Topengnya besar dan badannya dilengkapi bulu tebal serta hiasan mewah. Bentuk Barong Gajah ini memiliki mitos sebagai tunggangan Batara Indra (dewa petir). Karena sangat keramat, Barong Gajah tergolong jarang ditemui; hanya ada di beberapa desa seperti Gianyar, Tabanan, Badung dan Bangli. Pada saat khusus (misalnya Galungan), Barong Gajah dikeluarkan untuk mengelilingi desa (ngelawang) sebagai wujud permohonan keselamatan dari bahaya (misal wabah)lib.unnes.ac.id.

  • Barong Asu (Anjing)

Barong Asu berwujud anjing besar dan sangat sakral, terutama di Desa Pacung (Buleleng). Kostumnya menyerupai anjing hutan dan dihias ornamen yang mencolok. Barong Asu hanya dipentaskan pada upacara piodalan tertentu di Pura Pacung dan umumnya dibawa ngelawang setiap Hari Raya Galunganlib.unnes.ac.id. Dipercaya, kehadiran Barong Asu menolak roh jahat dan mengembalikan keseimbangan alam.

  • Barong Landung (Dua Raksasa)

Gambar 2. Barong Landung: sepasang boneka raksasa pria (Jero Gede) dan wanita (Jero Luh) yang dimainkan oleh dua penari. Barong ini unik karena bukan berbentuk binatang, melainkan sepasang figur manusia tinggi besar. Menurut legenda setempat, Barong Landung adalah perwujudan Raja Sri Jaya Pangus dan permaisurinya Kang Cing Wie asal Tionghoa. Wujud boneka tersebut (Jero Gede berkulit gelap ala Bali, Jero Luh berkulit cerah ala Tionghoa) mencerminkan perpaduan budaya Bali--Cina. Dalam pertunjukan Barong Landung, masing-masing boneka dimainkan oleh satu penari, diiringi gamelan Batel. Figur Jero Gede dan Jero Luh sering diarak dalam upacara adat, melambangkan keharmonisan dan berkah peran ganda laki-perempuan.

  • Barong Brutuk dan Variasi Lain

Selain di atas, ada pula Barong yang lebih jarang, seperti Barong Brutuk di Trunyan (Bangli). Brutuk memiliki topeng terbentuk dari batok kelapa dan kostum dari daun pisang kering, sangat primitif. Barong ini hanya muncul pada upacara khusus di Pura Pancering Jagat (Trunyan) dan melambangkan roh leluhur masyarakat Tionghoa Bali. Variasi lainnya termasuk Barong Lembu (berwujud sapi), Barong Kambing (kambing), Barong Naga (naga/ular mitologis), dan Barong Kedingkling (berbentuk wayang Wong) yang dikembangkan di beberapa daerah Bali. Masing-masing jenis tersebut mewakili roh pelindung setempat dan dipentaskan dalam konteks budaya lokal mereka.

  • Barong Nongnongkling

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun