Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

REINVENTING LUWU - Begini Penjelasannya!

17 Oktober 2025   12:47 Diperbarui: 17 Oktober 2025   12:47 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita hidup di zaman ketika identitas mudah larut --- digerus algoritma, dibanjiri budaya pop global,
dan dipaksa memilih antara "modern" atau "tradisional," seolah keduanya tak bisa berdampingan.

Padahal, justru di sanalah krisisnya: ketika menjadi modern berarti melupakan asal.

Reinventing Luwu menawarkan jalan lain.
Kita tak perlu memilih antara masa lalu dan masa depan.
Kita bisa menjadi air --- mengalir ke mana saja, tapi tetap berasal dari sumber yang sama.

Dan inilah yang membuatnya universal:
Setiap bangsa punya pohon asalnya.
Setiap manusia membawa biji kesadarannya.

Maka, Reinventing Luwu bukan hanya untuk orang Luwu ---
tapi untuk siapa pun yang rindu pulang tanpa kehilangan arah ke mana ia pergi.

,

Inilah komitmen kami:
Reinventing Luwu bukan festival sesaat yang berakhir ketika lampu panggung dimatikan.
Ia dirancang sebagai gerakan kultural berkelanjutan --- sebuah ziarah kesadaran kolektif
yang tak berhenti pada satu ruang atau waktu, tapi terus tumbuh lewat tangan, pikiran, dan hati banyak orang.

Reinventing Luwu bukan tentang menggali kuburan sejarah.
Ia tentang menanam kembali benih yang pernah jatuh --- lalu merawatnya agar tumbuh di tanah zaman ini:
dengan akar yang sama, tapi dahan yang baru.

Saat kita berani menyentuh "Biji Walenrange" dalam diri kita --- yakni sejarah, bahasa, dan simbol leluhur ---
kita pun akan melihat bahwa masa lalu dan masa depan bukanlah garis lurus,
melainkan sebuah lingkaran yang harus disadarkan kembali.

Maka, pertanyaannya bukan lagi apakah kita harus melestarikan budaya,
tapi: sudah siapkah kita melanjutkannya?

Mari kita diskusikan ---
dan lebih dari itu, mari kita mulai menulis bab berikutnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun