Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Aliran Spiritual Gnostik (Yahudi/ Kristen) dan Tasawwuf (Islam)

19 Oktober 2021   19:47 Diperbarui: 19 Oktober 2021   20:17 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: wikipedia.org)

Namun demikian, Gnostisisme dianggap berakar pada kumpulan ide-ide keagamaan dan sistem yang berkembang di antara sekte Yahudi dan Kristen awal pada sekitar abad ke-1 akhir.

Beberapa sarjana lebih suka menyebut "gnosis" ketika mengacu pada gagasan abad pertama (yang nantinya kemudian berkembang menjadi Gnostisisme), dan menggunakan istilah "Gnostisisme" untuk sintesis gagasan-gagasan tersebut menjadi gerakan yang koheren pada abad kedua.

Ketika Kekristenan berkembang dan menjadi lebih populer, begitu pula Gnostisisme -- dengan kelompok Kristen proto-ortodoks dan Kristen Gnostik sering ada di tempat yang sama. Keyakinan Gnostik tersebar luas di dalam agama Kristen sampai komunitas Kristen proto-ortodoks mengusir kelompok tersebut pada abad kedua dan ketiga. Gnostisisme menjadi kelompok pertama yang dinyatakan sesat. 

Gnostisisme Sebagai Cikal Bakal Konsep Kristiani

Ada tahun-tahun yang hilang (Lost Years) dari catatan kehidupan Yesus dalam Alkitab, di mana tidak ada catatan tentang dia antara umur 12 tahun hingga umur 30 tahun. 

Ada banyak kalangan yang berpendapat bahwa tahun-tahun yang hilang itu adalah saat ketika Yesus mengunjungi India dan belajar spiritual di sana. Pada waktu itu, India memang sedang menjadi rumah besar bagi perkembangan ajaran spiritual di Asia bahkan dunia.

Ketika Yesus tengah menjalani Lost Years-nya, Di tanah Israel, Yohanes (Nabi Yahya) tengah berjuang bersama komunitas asketiknya, Eseni, menghadapi otoritas Yahudi dari kaum bangsawan Saduki yang korup dalam mengelola bait suci. Komunitas Eseni ini yang oleh kalangan sarjana disebut sebagai orang-orang Yahudi yang menjalani tradisi Gnostik.

Cara hidup Komunitas Eseni yang mengucilkan diri dalam bentuk komunal dan menjalani rutinitas dengan aturan yang sangat ketat, dan terutama tata cara ibadah doa yang terisolasi (menyepikan diri) untuk menempuh jalan penyatuan langsung dengan Ilahi, tentu saja mengingatkan kita dengan praktik para Suluk dalam dunia Tasawwuf Islam.

Ketika Yesus kembali muncul di tanah Israel di usia 30 tahun, ia mendatangi Yohanes untuk dibaptis. Dalam perjalanan selanjutnya, perjuangan Yesus mendapat dukungan sepenuhnya dari Yohanes dan komunitas Eseni. Untuk hal ini, beberapa kalangan ada yang berspekulasi bahwa  Yohanes Pembaptis dan Yesus sendiri berasal dari kultus Eseni.

Spekulasi ini sebenarnya sangat berdasar, oleh karena pada saat itu, Tanah Israel dikuasai Romawi yang masih beragama pagan sementara kaum Zaduki yang diberi otoritas mengelola bait suci dan mengontrol kaum Yahudi telah menjadi korup dan jauh menyimpang dari tuntunan agama. 

Sehingga, dalam situasi seperti itu rasanya sulit membayangkan perjuangan Yohanes atau pun Yesus dapat berhasil jika dilakukan seorang diri tanpa mendapat dukungan dari satu komunitas yang kuat seperti komunitas Eseni.

Saya mengatakan Eseni sebagai komunitas yang kuat oleh karena, jejak literatur menunjukkan jika mereka sesungguhnya berasal dari kaum bangsawan tinggi Yahudi, yakni Zaduki, yang memisahkan diri setelah pemberontakan Makabe (168-164 SM). Teori ini pun kenyataannya telah banyak diamini oleh para sarjana di dunia barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun