Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Aliran Spiritual Gnostik (Yahudi/ Kristen) dan Tasawwuf (Islam)

19 Oktober 2021   19:47 Diperbarui: 19 Oktober 2021   20:17 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: wikipedia.org)

Gnosis adalah kata dalam bahasa Yunani yang berarti "pengetahuan" atau "kesadaran." Salah satu bentuk derivasinya adalah kata sifat 'gnostikos' yang menurunkan kata 'Cognitive' (kognitif).

Kata sifat 'gnostikos' ini cukup umum dalam bahasa Yunani Klasik dan, tampaknya tidak menunjukkan makna mistik, esoteris, tetapi sebaliknya menyatakan makna kecerdasan dan atau kemampuan yang lebih tinggi.

Hal ini misalnya dapat disimak dalam Plato The Statesman 258e: Orang Asing: Dengan cara ini, kemudian, terbagi semua ilmu pengetahuan menjadi dua seni, sebutan pertama praktis ( praktikos ), dan yang lainnya murni intelektual ( gnostikos ). Socrates Muda: Mari kita asumsikan semua sains adalah satu dan ini adalah dua bentuknya.

Lebih jauh kita dapat pula melihat bahwa sepertinya 'gnosis' yang menyandang makna ilmiah, ada keterkaitan erat dengan 'gana' dalam bahasa Sanskerta, seperti: gaNanA -- perhitungan; gaNanAtha -- menghitung; gaNanIya -- dapat dihitung. 

Bahkan dalam bahasa Tae' (bahasa daerah di Sulawesi Selatan) terdapat kata Ganna' yang menunjukkan makna: "hitungan yang telah pas/ sesuai/ tercukupi/ lengkap/ sempurna," yang dalam bahasa Indonesia kita temukan sinonimnya pada kata "genap".

Dalam perjalanan waktu, kata Gnosis kemudian kita temukan penggunaannya dalam bentuk terminologi Gnostisisme yaitu istilah yang umum digunakan dalam studi agama  dan filsafat Helenistik untuk menyatakan pengetahuan spiritual atau wawasan tentang sifat asli manusia yang bersifat ilahiah -- yang mengarahkan tujuannya pada upaya pembebasan percikan ilahi dalam diri manusia dari keberadaan batasan duniawi.

Makna pada terminologi Gnostisisme tersebut muncul dari pemahaman interpretasi bahwa, makna "pengetahuan" pada kata Gnosis mengacu pada pengetahuan berdasarkan pengalaman atau persepsi pribadi, oleh karenanya dalam konteks agama, gnosis dilihat sebagai pengalaman mistis atau pengetahuan esoteris berdasarkan adanya partisipasi atau hubungan dengan Tuhan secara langsung. 

Jadi, nampak bahwa makna harfiah Gnosis, "pengetahuan," mendapat dorongan menjadi lebih ke arah makna "pengetahuan batiniah."

Dalam perkembangan selanjutnya, Gnostik (penganut Gnostisisme) dianggap sebagai: mereka yang berorientasi pada pengetahuan dan pemahaman -- atau persepsi dan pembelajaran -- sebagai modalitas tertentu untuk "hidup." Ini tentu saja dapat kita lihat senada dengan pemahaman kegiatan "bertarekat untuk mengenal hakikat" dalam tradisi tasawwuf.

Istilah "Gnostisisme" tidak muncul dalam sumber-sumber kuno. Beberapa kalangan berpendapat bahwa istilah ini pertama kali diciptakan pada abad ke-17 oleh Henry More dalam sebuah komentarnya tentang tujuh surat dari Kitab Wahyu, di mana More menggunakan istilah "Gnostisisme" untuk menggambarkan bid'ah di Thyatira (sebuah kota Yunani kuno di Asia Minor).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun