Intinya, jangan dikte Allah dengan niatmu ketika bersedekah, selain bahwa engkau lakukan itu semata-mata ingin mendapatkan Ridha-Nya, dan tentunya ingin menjadi hamba-Nya yang baik.
Jadi demikianlah, pemahaman bahwa sedekah adalah cara memancing rezeki jelas merupakan pemahaman yang keliru -- hal ini yang banyak membuat orang yang bersedekah kecewa pada akhirnya.
Sedekah Sebagai Pelaksanaan Fungsi Kita Sebagai "Agen Kehidupan"
Keseluruhan uraian saya tentang sedekah dan rezeki di atas, tentu sangat erat kaitannya dengan pembahasan mengenai nasib.
Humboldt mengatakan: "Bagaimana seseorang menguasai nasibnya adalah lebih penting daripada nasibnya itu sendiri."
Perkataan Humboldt ini benar. Lalu, bagaimana cara kita menguasai nasib?
Caranya, kita mesti terlebih dahulu memahami bahwa setiap makhluk hidup adalah "agen kehidupan" yang bertugas menjaga setiap aspek dalam sendi kehidupan senantiasa bergerak, mengalir, tumbuh dan berkembang.
Setelah memahami hal mendasar ini, apa pun bentuk nasib dirimu, jalanilah itu dengan tetap menyinergikan dan atau memfungsikannya sebagai "agen kehidupan".
Dan ketahuilah, apa pun yang kita lakukan dalam fungsi sebagai "agen kehidupan," sifatnya "sedekah." Sedekah dapat berupa harta, waktu, tenaga, dll.
Sedekah itu bukan hanya ke sesama manusia tetapi juga kepada makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan karena mereka bagian dari kehidupan itu sendiri.
Hal yang juga penting untuk ditekankan dari sedekah yaitu bahwa " tindakan itu semata-mata hanya mengharap ridha Allah Swt".
Hal yang diridhai-Nya (disukai, diperkenan, dan mendapat rahmat-Nya jika dilakukan) tidak lain adalah mengikhlaskan diri kita berfungsi sebagai "agen kehidupan."