Jika kita mencermati bahwa kata 'yutahhira' adalah bentuk kata kerja "tidak sempurna" maka, secara filosofis, "ketidaksempurnaan" yang disandang kata itu dapat kita lihat sebagai "pengandaian situasi" ketidaksempurnaan Al Mahdi sebelum diislah (diperbaiki) oleh Allah.
Dari riwayat yang berkembang dalam tradisi Islam kita ketahui bahwa Al Mahdi hanya akan resmi ditampilkan Allah ke khalayak umum setelah terlebih dahulu diislah atau diperbaiki atau disinkronisasi secara sempurna jasmani dan rohaninya. Inilah tujuan dari keinginan Allah untuk memurnikannya.
Perbaikan jasmani dan rohani Al Mahdi (Sang Ahlul Bait) inilah yang diisyaratkan dalam bentuk 'kum' kata ganti objek jamak maskulin. Jadi, Jasmani dan rohani beliau itu dalam kebahasaan dinilai sebagai objek jamak maskulin.
***
Demikianlah, dari keganjilan yang disajikan surat Al Ahzab ayat 32, 33 dan 34 inilah banyak bermunculan silang pendapat di antara para ulama. Yang tentu saja akan sangat panjang jika saya urai di sini.
Tujuan tulisan ini saya fokuskan sekadar untuk memberi wawasan kepada pembaca bahwa ada fenomena semacam ini dalam pembahasan tema tentang ahlul bait. Jadi bagi yang berminat menelusuri lebih jauh silakan searching di internet saja. banyak kok artikel yang telah membahas hal ini. Misalnya di alamat wikipedia ini.
Poin yang ingin saya sampaikan terkait fenomena ini adalah bahwa ketika Allah menyebut 'Ahlul Bait' di surat Al Ahzab ayat 33, penting untuk mencemati kalimat awal pada ayat tersebut yang berbunyi "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu...". Dalam pengertian kita di Indonesia, bunyi kalimat ini bisa kita maknai merujuk pada kata 'pingit' yang, tentu saja sama dengan kata 'piningit' pada nama Satria Piningit.
Meskipun akan terasa seperti jembatan tipis yang ringkih jika hal ini serta merta digunakan sebagai petunjuk akan adanya keterkaitan antara Al Mahdi sebagai Ahlul Bait dengan Satria Piningit, namun, dalam tulisan Kaitan Angka 144 yang Sakral Dalam Tradisi Ibrani dan Angka 8291 yang Disebut Dalam Wangsit Jayabaya (Tradisi Jawa)Â saya telah membahas bahwa sebutan 'Anak Domba' yang umum kita temukan digunakan dalam tradisi Ibrani dan Kristiani merujuk pada sosok yang akan muncul di akhir zaman yang akan mewarisi "Kota Yerussalem Baru" di mana bait ketiga dibangun.
Dalam Kitab Perjanjian Baru, Wahyu 21: 10-21, ada disebut Kota Yerusalem baru ( juga disebut Yerusalem Surgawi atau pun Sion dalam kitab-kitab lain dari Alkitab Kristen).
Yesaya menubuatkan bahwa Bait Suci ketiga yang dibangun kembali akan menjadi rumah doa bagi semua bangsa. Kota Yerusalem baru, akan menjadi titik berkumpulnya bangsa-bangsa di dunia.