Mohon tunggu...
Fadli Dason
Fadli Dason Mohon Tunggu... Penulis

membaca buku terkadang membuat saya bingung seolah-olah pandangan-pandangan muncul atau hadir seketika dihadapanku. ada burung yang berputar-putar namun membuka pikiran untuk mengeksplorasi lebih lanjut pikiran sendiri dalam melihat objek-objek.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kontiunitas Kepribadiaan Zarathustra dalam Metempsikosis Jung

4 Mei 2025   20:23 Diperbarui: 4 Mei 2025   20:40 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nampaknya metempsikosis Jung bersandar pada psikologi sosial daripada psikologi individu. Yang laten dari kepribadian manusia adalah yang murni alamiah namun berasal dari sistem sosial. ini bukan soal orang kecanduan narkotika yang surplus dengan gerakan rahang kiri-kanan. bukan pula spontanitas orang yang melambaikan da-da pada tiang listrik, atau yang berbicara pada pohon. Yah, meskipun berasal atau dipengaruhi dari sistem sosial namun lebih kepada pengalaman yang membangkitkan hasrat manusia untuk menjadi. 

misalnya, teguh pendirian yang tidak peduli pada bagaimana pendirian seseorang seharusnya menurut budaya sosial tapi keteguhan itu juga berasal dari sistem sosial, seperti pendidikan, atau inspirasi dari seorang tokoh. Kelihatannya tautologis, tapi Anda pasti paham maksudnya. Ingatan yang tiba-tiba kuat hadir pada kita yang berasal dari pengalaman masa lalu yang kemudian membuat kita berhasrat ingin menjadi sesuatu, lalu tiba-tiba kita jadi rutin bangun pagi dan orang lain melihat sesuatu yang berbeda pada diri kita, seperti pertumbuhan otot atau lemak yang jarang kita sadari namun sangat disadari oleh orang lain.

Ingatan Zarathustra pada perilaku manusia membuatnya lebih memilih bersama hewan-hewan, burung hantu, tarantula dan juga ular. Namun sebenarnya itu berasal dari tradisi pemikiran kuno (Sosial) bahwa manusia adalah hewan yang bijaksana. Tak puas dengan itu Zarathustra membuktikannya sendiri dan melihat bahwa ternyata manusia tidaklah lebih bijaksana dari hewan lainnya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun