Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Teruskan

6 April 2023   22:39 Diperbarui: 7 April 2023   07:25 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Si Mawar kemarin bolak-balik nawar barang eh akhirnya gak jadi beli."
"Si Anggrek katanya sakit maksa-maksa ke rumah sakit, habis itu diperiksa dokter ternyata tidak ada penyakitnya, bikin sebel aja."
"Eh jangan ngeledek Adenium loh, kan dia kemarin baru pergi ke salon buat bikin kinclong muka."
"Tuh lihat Ara, yang kemana-mana pakai baju itu itu terus, kan bisa irit."

Itulah celoteh ibu-ibu kalau sudah kumpul di pos ronda sore hari. Duduk santai bersosialita di gardu ronda.

Cantik merasa prihatin karena para tetangganya itu, meskipun puasa tapi tidak berhenti berghibah. Ada saja yang menjadi korban ghibah mereka.

"Eh ibu-ibu, jangan nggosipin orang loh, kan kita sedang puasa, puasa kita bisa rusak," begitu Cantik menginterupsi gosip yang sedang dilancarkan para tetangganya.

"Aah, itu kan fakta, Tik," jawab seorang dari mereka,"Berita ini kan kalau digosok makin asik." Disambut ketawa riuh dari orang-orang yang hadir.

Cantik Cuma terdiam saja. Dia tidak merasa ada gunanya  mendebat mereka karena pembicaraan mereka makin seru riuh rendah. Tiba-tiba ada panggilan masuk di HPnya. Ini dimanfaatkannya untuk pergi secara halus tanpa membuat curiga para ibu yang sedang asyik menggosip. "Saya pamit dulu ya, ada telepon masuk."

Kebetulan besok adalah hari Minggu dimana biasanya ada taklim untuk para ibu. Cantik berinisiatif untuk minta bantuan ustaz yang akan berbicara untuk sedikit mengulas masalah menggosip atau meng-ghibah orang lain baik saat puasa atau tidak puasa. Dia pun menyiapkan memo kecil untuk disampaikan kepada ustaz. Memo itu dititipkan pada panitia.

Taklim pun dibuka ustaz.

"Apa kabar ibu?" tanya ustaz.

"Alhamdulillah, baik ustaz," jawab para ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun