Jakarta Tenggelam: Bukan Sekedar Isu?
Jakarta, adalah ibu kota Indonesia dan juga sebagai jantung pemerintahan Indonesia, dan kabarnya Jakarta sedang mengalami ancaman yang cukup serius. Sejak tahun 1970-an hingga saat ini kasus turunnya tanah Jakarta masih belum terselesaikan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari penurunan permukaan tanah (land subsidence) hingga kenaikan air laut. Fenomena ini bukan sekedar prediksi tetapi sudah terlihat di berbagai wilayah pesisir pantai Jakarta. Wilayah Jakarta juga sering terkena banjir rob yang mengakibatkan terdampaknya infrastruktur akibat banjir yang tidak dapat dicegah. Jika tidak ada langkah mitigasi yang tepat, bukan tidak mungkin sebagian besar Jakarta akan berada di bawah permukaan laut dalam beberapa dekade mendatang. Lalu, apa penyebab utama di balik fenomena ini, dan bagaimana solusi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kota ini?. Â Â
Alasan Kota Jakarta Tenggelam Setiap Tahunnya
Hampir separuh kota Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. Selain wilayah utara, bagian lain dari Jakarta juga mengalami penurunan tanah meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan Jakarta Utara. Penurunan tanah yang terus terjadi di Jakarta menambah kekhawatiran terhadap masa depan kota ini, terutama dengan prediksi bahwa sebagian besar kota mungkin akan tenggelam pada tahun 2050. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya dataran Jakarta
1. Berkurangnya Air Tanah yang Menjadi Penahan Utama agar Tanah tak Turun
Diketahui Jakarta memang mengalami penurunan rata-rata 10 cm per tahunnya, sehingga dalam 10 tahun terakhir daratan jakarta sudah menurun hingga 2,5 m, diperparah lagi sebagian wilayah jakarta utara sudah digenangi air laut. Celakanya hal ini akan membuat 95% wilayah Jakarta Utara tenggelam pada tahun 2050. Sebabnya adalah turunnya permukaan tanah akibat masyarakat ataupun industri yang mengambil cadangan air dari bawah tanah, air yang seharusnya menjadi penopang tanah kini menjadi tidak ada, padahal cadangan air inilah yang menahan agar tanah tidak turun. Datangnya hujan juga tidak terlalu berpengaruh karena 97% daerah Jakarta ditutupi beton dan aspal, pesisir bakau yang fungsinya meringankan sungai dan kanal yang meluap juga telah di ambil alih oleh pemukiman liar dan apartemen, hal ini semakin diperparah dengan kelakuan pengembang yang secara ilegal menggali sumur untuk kepentingan pribadi.
2. Perubahan Iklim
Perubahan iklim juga memainkan peran penting dalam penurunan tanah di Jakarta. Kota-kota pesisir seperti Jakarta terdampak oleh naiknya permukaan air laut akibat ekspansi termal (air yang meluas karena panas tambahan) dan mencairnya es di kutub. Kenaikan permukaan laut meningkatkan risiko banjir dan memperparah penurunan tanah. Para ahli menyarankan pengenalan kembali hutan bakau dan peremajaan waduk sebagai bagian dari upaya mitigasi di Kota Tua Jakarta.
3. Pembebanan Bangunan
Beban berat dari bangunan-bangunan tinggi dan infrastruktur lainnya memberikan tekanan pada tanah di bawahnya, menyebabkan tanah menjadi lebih padat dan mengalami penurunan. Mengapa demikian? bangunan-bangunan tinggi, gedung-gedung bertingkat, dan infrastruktur berat lainnya memiliki bobot yang sangat besar.Â
Bobot ini memberikan tekanan pada tanah di bawahnya. Sedangkan jenis Tanah di Jakarta sebagian besar wilayahnya memiliki jenis tanah aluvial yang relatif lunak dan mudah termampatkan. Tanah aluvial ini terbentuk dari endapan lumpur, pasir, dan material lainnya yang dibawa oleh sungai.Â
Maka dari itu terjadilah kompaksi tanah, ketika beban berat bangunan diletakkan di atas tanah aluvial, tanah tersebut akan mengalami kompaksi. Kompaksi adalah proses pemadatan tanah akibat tekanan, yang menyebabkan volume tanah berkurang dan permukaan tanah menurun.
4. Pengurangan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Kurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Hal ini mempercepat proses penurunan tanah karena air tidak dapat meresap ke dalam tanah dan justru menggenangi permukaan. Tanpa RTH yang memadai, air hujan akan melimpas di permukaan tanah, menyebabkan erosi dan banjir. Limpasan ini juga membawa sedimen yang dapat menyumbat saluran air dan memperburuk masalah banjir.