Al-Qur’an merupakan kallam Allah yang sarat dengan nilai Mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, melalui malaikan Jibril a.s. dan diriwayatkan secara mutawatir atau berangsur-angsur, dengan keistimewaan yang sungguh luar biasa yakni membacanya saja bernilai pahala.Â
Selain membaca yang bernilai amal ibadah, belajar menterjemahkan setiap ayat dengan mesegmentasi pada setiap katanya lalu ditafsirkan hal ini juga merupakan celengan ibadah.Â
Dalam hal ini, karena objek bahasanya langsung pada ayat Al-Qur’an maka dalam menafsirkan ayat ini tentunya hal yang cukup riskan, perlu adanya ketelitian yang ekstra, kesahihan, kedalaman ilmu nahwu, sharaf dan balaghah. tujuanya agar kandungan yang ada dalam setiap ayat dapat tersampaikan.
Tarjamah atau penafsiran meruapakan pemindahan atau pengalihan gagsan, inti sari, ide, pikiran, pesan, informasi dari bahasa periginya ke dalam bahasa target atau sasaran. Dengan harapan utama tersampainya pesan yang tersirat dalam bahasa sumber.
Dalam proses pembalajaran penafsiran Al-Qur’an tentunya membutuhkan sebuah metode untuk memepermudah proses pemahaman dan pembelajaran.Â
Salah satunya ialah metode Manhaji. Berdasarkan dengan pemaparan yang telah jabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode manhaji merupakan sebuah cara atau teknik sistematis yang diaplikasikan dalam pembelajaran Al-Qur’an, dengan memakai sebuah pendekatan CBSA yang mengkaji kata demi kata yang ada dalam ayat Al-Qur’an guna mempermudah memahami unsur-unsur yang terkandung dalam ayatnya.Â
Dalam implementasi metode manhaji pada pembelajaran mengartikan atau menterjemahkan Al-Qur’an terdapat beberapa tahapan yakni: tahap analitik (tahap membaca, tahap menafsirkan kata perkata dan tahap memahami makna ayat ), tahap sintetik dan tahap evaluasi. Sehubungan dengan penerapan metode manhaji tentunya ada kelebihan dan kelemahan yang saling berikatan.