Mohon tunggu...
Fadhilsyah
Fadhilsyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Public Relations Universitas Al-Azhar Indonesia | Aktivist Mahasiswa | Analys Politic

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bisakah Angka Golput Menurun?

6 Februari 2019   18:48 Diperbarui: 7 Februari 2019   03:15 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Kata golput sudah tidak asing lagi di dengar oleh telinga masyarakat. Lagi-lagi angka golput sejak masa setelah reformasi selalu mengalami angka kenaikan. Ini menjadi sebuah teguran penting bagi demokrasi kita, khususnya para pelaku politik yang seharusnya memikirkan ini menjadi hal yang sangat fundamental dalam berenegara. 

Mengapa begitu sangat penting golput harus di fikirkan? Karena golput ini adalah sebuah teguran, karena kalagan golput ini sudah memasuki tahapan sebuah individu yang melakukan partisipasi politik karena sudah terbutkti ia telah datang ke TPS walaupun tidak memilih seluruh kandidat yang ada di dalam kertas suara. 

Ini menandakan bahwa ada sebuah pertanyaan mengapa ia tidak memilih kandidat yang ada di kertas suara padahal ia telah jauh jauh datang ke TPS. Ini menandakan ada sebuah fikiran masyarakat yang misterius dan seharusnya para pelaku politik memikirkan hal ini. Berikut adalah data yang bersumber dari tirto.id mengenai tingkat golput yang terus meningkat dalam Pemilu ke Pemilu

Dok: Tirto.id
Dok: Tirto.id
 Menurut Miriam Budiarjo, (dalam Cholisin 2007:150) menyatakan bahwa partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin Negara dan langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik (public policy). 

Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, mengahadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya. 

Ini menandakan bahwa langkah sesorang untuk memilih golput adalah sebuah sesorang itu telah melakukan partisipasi politik walaupun tidak memilih calon di dalam kertas suara. 

Hal ini pertanda bahwa langkah golput sebuah masukan bahwa ada golongan masyarakat yang tetap peduli dalam perpolitikan nasional tetapi seorang tersebut tidak cocok atau sebut saja tidak ingin salah satu paslon di kertas suara itu terpilih

 Berbeda dengan swing voters yang memang adalah mereka bisa di kategorikan masih bingung untuk memiiih siapa yang pantas untuk di coblos di bilik suara, swing voters ini cenderung terus menggali informasi mengenai paslon karna mereka tergolong sangat selektif untuk membandingkan siapa yang pantas untuk mereka pilih. 

Tetapi gerakan golput ini bisa di katakan gerakan ketidak puasan atau rasa kekecewaan terhadap paslon tersebut. Bisa jadi di pemilu lalu ia memilih paslon tetapi di pemilu ini ia memilih golput karna pilihan nya di saat pemilu lalu ia merasa tidak puas. Di tambah lagi dengan paslon nya kali ini tetap sama yaitu pertandingan rematch di Pilpres 2014. 

Ini lah yang mengakibatkan rasa jenuh masyarakat terhadap hiruk pikuk perpolitikan nasioanal karena mereka beranggapan bahwa yang bermain hanya mereka mereka saja dengan kepentingan yang mungkin sama tak jauh beda dari Pilpres 2014

Penyebab lain nya adalah ketika golput dan swing voters begitu tinggi ini di akibatkan karna ada rasa kekecewaan terhadap paslon petahana karena jika kita lihat survei saat ini yang beredar di media massa hanya berselisih sedikit antara paslon 01 dan 02, ketika mereka kecewa dengan petahana mereka juga tidak mau memilih paslon 02 di karenakan mereka mempunyai motivasi yang sama mengapa mereka tidak memilih Prabowo ketika di Pilpres 2014. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun