Di tengah arus digitalisasi yang kian cepat, industri rumahan tradisional mulai menemukan jalannya menuju pasar yang lebih luas. Salah satunya berkat peran mahasiswa Pengabdian Mahasiswa oleh Masyarakat (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang yang membantu pengrajin memanfaatkan teknologi untuk promosi dan pemasaran.
Menghubungkan Pengrajin dengan Dunia Digital
Bertahun-tahun, pengrajin di desa ini mengandalkan penjualan tatap muka atau lewat jaringan relasi dan grosir. Pak Hariono, pemilik usaha peralatan dapur kayu seperti talenan, pasa brambang, pasa keripik, dan roll pin, mengaku selama ini memasarkan produk melalui Facebook, grup jual-beli, dan WhatsApp.
"Kalau dari luar pulau biasanya kenal lewat grup Facebook. Nanti lanjut tukar nomor WA, kadang video call untuk tunjukkan barangnya," jelas Hariono.
Namun, meski sudah memiliki akun TikTok dan titik lokasi di Google Maps, Hariono belum memanfaatkan e-commerce seperti Shopee atau Tokopedia. Alasannya sederhana: keterbatasan waktu dan teknis.
Pendampingan Langsung dari Mahasiswa
Meski usahanya berjalan stabil, Hariono sadar ada peluang yang belum sepenuhnya ia raih: pasar digital. Selama ini, promosi hanya mengandalkan Facebook, grup jual-beli, WhatsApp, dan sedikit aktivitas di TikTok. Ia juga sudah menandai titik lokasi bengkelnya di Google Maps.
Namun, ia belum pernah berjualan di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia. Alasannya? Waktu dan tenaga. "Kalau masuk Shopee, harus foto satu-satu, isi data, kirim satu-satu. Sementara saya lebih fokus ke produksi," katanya.
Di sinilah mahasiswa PMM hadir. Program yang awalnya bertujuan untuk membantu masyarakat desa berkembang, berkembang menjadi proyek pendampingan digitalisasi usaha rumahan.
Para mahasiswa tidak hanya duduk di kantor desa atau melakukan sosialisasi umum. Mereka terjun langsung ke bengkel, memotret produk, mengedit foto, dan mengunggahnya ke media sosial. Mereka juga memberi masukan tentang bagaimana membuat konten yang menarik perhatian pembeli.
Mahasiswa PMM melihat peluang untuk membantu para pengrajin ini. Mereka melakukan pendampingan mulai dari tahap paling dasar: membantu memperbaiki profil media sosial, membuat foto produk yang lebih menarik, hingga memandu penggunaan fitur-fitur digital yang sebelumnya belum dimanfaatkan optimal.
- Optimalisasi Media Sosial
Langkah awal mahasiswa adalah memperbaiki dan mengoptimalkan akun media sosial yang sudah digunakan Hariono. - Penguatan Branding Produk
Mahasiswa PMM juga membantu menonjolkan nilai jual unik produk Hariono: kayu pinus berkualitas, anti jamur, dan tahan lama. Informasi ini dimasukkan dalam deskripsi produk di media sosial. Selain itu, mahasiswa juga menyarankan agar setiap produk diberi label atau kemasan sederhana dengan logo usaha. "Kalau ada label, orang lebih ingat dan mudah mencari lagi," kata salah satu mahasiswa pendamping. - Pengelolaan Pesanan Online
Mahasiswa mengajarkan cara merespons pesan pembeli secara cepat dan rapi, WhatsApp digunakan sebagai katalog digital, di mana semua foto produk disimpan rapi dalam album sehingga mudah dibagikan ke pembeli.