Â
Dalam menjalankan KKN, Mahasiswa Untag Surabaya khususnya di Desa Temon, Kecamatan Sawoo Kab. Ponorogo, membuat inovasi yang terbilang masih belum banyak diminati oleh warga sekitar yaitu membudidayakan dan membuat rumah tawon di Gunung Bayangkaki.
Dalam menjalankan KKN ( Kuliah Kerja Nyata ) merupakan kewajiban bagi mahasiswa yang menempuh pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi. Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya atau dikenal dengan julukan kampus merah putih menjadi salah satu contoh dari sekian banyaknya mahasiswa yang melaksanakan kegiatan KKN. Sesuai dengan tema kali ini "Pengembangan potensi desa menuju smart village", di harapkan dengan hadirnya mahasiswa KKN di tengah masyarakat, mereka mampu mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah di dapatkan sebagai perwujudan Tri Darma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Meskipun banyak hambatan yang dihadapi, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk  melakukan pembuatan rumah tawon bagi penulis, yang merupakan mahasiswa Teknik Industri Untag Surabaya di bawah bimbingan Bapak Edwin Ramadhani Sampurna, S.ST., MT. selaku dosen pembimbing lapangan. Melalui kegiatan pengabdian, ia berkolaborasi dengan mitra IPB ( Insan Peduli Banyangkaki ). IPB merupakan lembaga Peduli Hutan Bayangkaki yang sampai sekarang masih peduli terhadap hutan bayangkaki. Melalui program KKN ini, Penulis membantu untuk membuat rumah tawon. Yang menjadi sasaran dalam program ini adalah anggota-anggota dari IPB itu sendiri.
           Â
Penyusunan program pengabdian ini didasari oleh keinginan untuk menjaga kelestarian tawon-tawon yang ada di hutan banyangkaki. Harapan penulis, melalui program pembuatan rumah tawon sekaligus menempatkan tempat rumah tawon di hutan bayangkaki ini dapat di jaga dengan baik rumahnya serta tawon-tawon yang ada di hutan bayangkaki. hal tersebut dapat dilakukan dengan mengunjungi rumah tawon secara rutin dan berkala serta harus tetap menjaga kelangsungan hidup tawon-tawon yang terdapat di gunung Bayangkaki, yang juga bisa dibubidayakan juga oleh masyarakat Desa Temon.
Dalam proses pengenalan budidaya ini disampaikan oleh Insan Mitra Banyangkaki ke mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dari desa temon kabupaten ponorogo, yang telah berpengalaman berpraktek budidaya lebah madu.
Produk akhir yang akan dihasilkan melalui proses pembudidayaan tawon di gunung banyangkaki adalah madu alami yang bersumber dari nektar yang dihisap dari bunga matahari.
Nektar yang diperoleh lebah pekerja dari bunga matahari akan di kumpulkan kemudian lebah akan di kembalikan ke sarangnya. Selanjutnya lebah pekerja lain akan menghisap nektar dari lebah pekerja tadi. Maka madu-madu mentah yang dihasilkan akan disimpan di dalam sarang yang sudah kami buat. Â