Mohon tunggu...
Fadhilah Nur Maulana
Fadhilah Nur Maulana Mohon Tunggu... Guru

Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pengemis dan Uang

6 November 2023   11:00 Diperbarui: 13 November 2023   10:46 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Langit biru memanjakan mata, suara kicauan burung terdengar syahdu. Dengan sinar hangatnya matahari, waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Terlihat ada seorang di tepi jalan merapihkan kardus-kardus bekas yang ia gunakan untuk alas tidur. Wajahnya murung, gelap, dan kotor, mengambarkan ia belum mandi selama waktu lama.  Mobil-Mobil berjalan mondar-mandir tidak ada yang menyapa. Ia adalah seorang tunawisma, hanya seorang diri tanpa keluarga, dengan mengandalkan satu mangkuk kecil ia mencari uang untuk makan. Bener, Ia adalah seorang pengemis yang kemarin saya lihat di persimpangan jalan Adimarta. waktu itu kebetulan saya sedang berangkat sekolah dengan berlari menuju ke sekolah dengan wajah cemas karena pintu gerbang sekolah akan segera ditutup, saya berlari dan menabrak pengemis itu, karena dalam keadaan gugup dengan sengaja saya meninggalkan pengemis itu.

Kejadian itu membuat saya menduga bahwa pengemis dengan rambut gondrong, berpeci putih itu mecari saya. "Alangkah sialnya saya, kemarin kehilangan uang sekarang dikejar-kejar pengemis" ucap dalam hati. Tidak menduga seketika itu pengemis melihat saya sambil melambaikan tangan seakan menyuruh saya kesana, namun karena saya sedang berhenti di bawah pohon beringin lumayan jauh dari pengemis itu duduk. Pada saat itupun saya kabur karena takut pengemis itu meminta pertanggungjawaban. Entah kenapa saya tidak mau menemuinya, dalam hati kecil merasa bersalah karena sudah menabrak, namun dalam kantong kecil ini tidak punya uang untuk diberikan kepadanya.

Keesokan harinya saya mencoba melihat pengemis itu di tepi jalan dengan bersembunyi dipohon beringin, apakah masih menunggu saya atau sudah meninggalkan tempat itu.  Ketika saya melihat ke arah tepi jalan tidak ditemukan pengemis itu, di hati merasa etnang namun ada rasa bersalah. ketika saya mau pergi berbalik badan, saya teriak kencang karena kaget pengemis itu dibelakangku. Dengan wajah tersenyum pengemis itu berkata " Nak, ini uangnya kemarin jatuh saat menabrakku" dengan hati bersalah saya menangis dan meminat maaf kepada pengemis itu. Selanjutnya, saya memberikan uang kepada pengemis itu sebagai ucapan terima kasih  telah mengajarkan saya berhati baik. Dari kejadian tersebut saya berubah menjadi orang yang tidak berburuk sangka, tidak lari dari masalah yang saya buat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun