Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fadh Ahmad - Membumikan Tasawuf di Tengah Umat

19 September 2014   02:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:17 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Tasawuf atau Sufisme sering kita dengar baik saat mondok di Pesantren, membaca buku hingga kuliah di IAIN/UIN. Namun sayangnya ketika sudah mendapat ilmunya, jarang yang mempraktekkan ajarannya di kehidupan sehari-hari. Padahal ajaran tasawuf cukup berguna bagi sebagian kalangan yang mengalami permasalahan hidup baik masalah perekonomian maupun urusan ketenangan hati.

Di satu sisi, Tasawuf menjadi barang yang asing bagi kalangan tertentu khususnya perkotaan. Tidak sedikit dari mereka salah kaprah dalam menilai Tasawuf Salah kaprah dalam artian, mereka menganggap tasawuf itu ritualnya aneh dan ribet. Ditambah lagi untuk bertasawuf yang ”kaffah” mengharuskan mereka bergabung ke dalam suatu Tarekat. Tarekat sendiri bisa dibilang madrasahnya orang Sufi. Amat disayangkan apabila anggapan seperti ini masih lestari dan tertanam dalam benak masyarakat. Jika dibiarkan, upaya membumikan ajaran Tasawuf di tengah umat akan gagal. Atas dasar inilah, kita akan mendiskusikan bagaimana cara membumikan Tasawuf sehingga bisa diterima semua elemen masyarakat

Upaya Membumikan Tasawuf

Agar Tasawuf bisa dinikmati semua kalangan. Perlu menyebarkan ajaran Tasawuf melalui 2 jalan yaitu media dakwah dan ilmiah. Pertama, Media dakwah dalam wujud kajian Tasawuf yang dikemas ke dalam format acara ”motivasi”. Misal Program Golden ways Mario teguh yang didalam petuah-petuahnya mengandung ajaran-ajaran tasawuf. Kedua, Media ilmiah berupa penerjemahan kitab-kitab Tasawuf seperti Risalah Qusyairiyah, kitab al-Rashafat, kitab Sirrul Asror hingga kitab Tarikh al-Tasawuf fi al-gharb al-Islami karya Dr Lutfi Isa. Bisa pula menggalakkan seminar Tasawuf di Kampus maupun masjid. Kalau tidak salah tahun 2012, Masjid Sabilillah di Malang pernah sekali menggelar Seminar Tasawuf.

Tak cuma itu, Tasawuf bisa digalakkan untuk kaula muda melalui Pondok Pesantren. Kita ketahui bersama, Pesantren sangat erat dengan dunia Tasawuf maupun Tarekat. Ambil contoh di Ponpes “Miftahul huda“ Gading, Malang. Menurut pengakuan seorang teman, dirinya baru saja dibaiat oleh Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Setelah dibaiat, ada amalan-amalan yang wajib dia jalankan setelah sholat seperti Dzikir mengucap “laa ilaha ilallah” sebanyak 165 kali.

Beberapa Tantangan

Niat baik, tak selamanya berjalan mulus. Ada saja tantangan/kendalanya. Itu sudah Sunnahtullah. Sebatas yang saya ketahui, sedikitnya ada 3 Tantangan dalam membumikan ajaran Tasawuf di tengah umat :

1)Masyarakat terutama di perkotaan lebih tertarik pada Yoga dan meditasi daripada Tasawuf.

2)Perlu diwaspadai bahwa ada elit Syiah di Indonesia yang menyebarkan paham Syiah berkedok Tasawuf. Misal Jalaluddin Rakhmat dan haidar bagir melalui situs "islamindonesia.co.id"

3)Mencampur adukkan Tasawuf dengan Reiki. Padahal sejatinya Reiki berasal dari Jepang. Reiki adalah gabungan dari kata Rei yang berarti alam semesta dan Ki berarti energi. Orang yang pertama kali menemukan Reiki adalah seorang pendeta Budha yaitu Dr. Mikao Usui (abad 18)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun