Mohon tunggu...
Muhammad FachrulHudallah
Muhammad FachrulHudallah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

"Jika Aku bukan anak Raja, Penguasa, Bangsawan, dan dari kalangan Priyayi, Aku hanya dapat mengenalkan diriku melalui gagasan karyaku"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Panasnya Matahari Membakar Kertas Bertuliskan Kenangan

17 Januari 2020   01:02 Diperbarui: 17 Januari 2020   01:12 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mojfaks.com

Tak lama setelah berunding, laki-laki itu pergi membawa sebuah koper dengan menaiki Bus patas dengan perkiraan waktu selama 12 jam untuk sampai kesana dan Arian belum memiliki pengalaman apa-apa di Jawa Timur sendirian. Laki-laki bujang itu sampai disana hari jum'at dengan menaruh barang-barangnya ke salah satu Camp di daerah pare.

Hari Ahad telah datang dan orang-orang berhamburan untuk berpartisipasi aktif untuk CFD dengan melewati Camp Arian. Di hari Ahad, Arian tidak mood untuk pergi jalan-jalan karena memiliki feeling yang tidak enak untuk hari itu. Tibalah malam, tepat berada di ruangan tengah terdapat diskusi teman-teman Arian di Camp, tetapi laki-laki itu masih sedih sembari diiringi oleh emosi dan tidak bersebab mulanya.

Arian tidak cerita apa-apa terhadap teman-temanya karena dia sedang memiliki masalah terhadap hubungannya dengan perempuannya. Arian menanyakan tentang status Nina yang mengupload salah satu seseorang yang dulunya pernah jadi mantannya di status. Arian penasaran dan bertanya kepada Nina, "Nin, ini Siapa?"

Nina menjawab dengan gampangnya, "Ini adalah mantanku, Yan. Kalau Aku memiliki kabar bahagia selalu di upload, dan dia ketika memiliki kabar bahagia juga tak upload", dengan panas hati Arian tak terkontrol oleh emosinya dan berkata, "Ini sudah kesekian kalinya Kamu kayak begini, selanjutnya tidak usah hubungi Aku lagi sampai kursusku selesai". Melalui perdebatan yang panjang, akhirnya mereka menyepakati agar tidak berkomunikasi selama beberapa hari selama kursus.

Tetapi, Nina dengan rasa bersalahnya ingin kembali memperbaiki hubungannya dengan laki-laki itu. Tetapi, Arian masih belum pecaya kepada wanita itu karena dia mengibaratkan ketika kertas disobek tidak akan kembali sempurna dan sebaik dulu. Oleh sebab itu, kepercayaanpun juga demikian karena kecewa yang sangat mendalam dapat menumbuhkan rasa kebencian yang mendalam pula.

Akhirnya untuk dapat meraih kepercayaan Arian kembali, Nina disuruh membuat opini tentang permintaan maaf dan menyatakan bahwasanya dia salah. Arian menilai, bahasa ynag dicantumkan didalam tulisan Nina sebatas  apologi yang membenarkan dirinya sendiri sehingga Arian tidak dapat mempercayainya lagi. Kursus yang dimaksudkan semula adalah dua pekan, kini diperpanjang menjadi satu bulan.

Setelah pulang, Nina mengajak untuk bertemu dengan alasan ingin menjelaskan semuanya. Tetapi, dengan jiwa keras kepala laki-laki itu, Arian menolak karena memang sangat kecewa. Dengan berjalannya waktu, keduanya sadar mengenai masalahnya masing-masing. Pada akhirnya, mereka saling meminta maaf  karena kesalahan keduanya dapat menimbulkan kebencian. Tetapi harapan yang mula-mula ingin kembali seperti semula, tidak bisa terjadi karena kertas tersebut telah dibakar dan menjadi abu yang bertebaran.

Entah perasaan cinta, benci, rindu, atau segalanya, Arian tidak peduli akan hal tersebut karena sudah cukup banyak pengalaman dikecewakan oleh seseorang yang pura-pura mencintainya. Akhirnya, laki-laki itu memutuskan untuk sendiri dan belum mau berkenalan lebih mendalam terhadap perempuan-perempuan baru, entah itu trauma atau tidak. Jika ditanya, Arian akan menjawab bahwasanya dia ingin fokus belajar, tetapi aslinya masih menikmati trauma cinta yang sangat mengecewakan.

Hingga akhirnya, Arian sampai kini selain belajar juga mencari orang ternyaman agar memulai membangun cinta yang baru dan kehidupan yang perhatian baru agar melupakan masa lalunya serta menghadapi masa depan yang lebih baik dengan tujuan. Mulanya memang dia tidak ingin berkenalan secara mendalam, tetapi sembari berjalannya waktu dia memikirkan tentang kebutuhan memiliki kekasih di jalur perjuangan.

Semarang, 17 Januari 2020 

Muhammad Fachrul Hudallah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun