Mohon tunggu...
Rininda Mahardika
Rininda Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bukanlah jalan untuk memperoleh kesenangan serta mengisi waktu luang belaka. Hobi merupakan ruang untuk menampung segala skill non akademis di setiap insan. Tidak peduli kau suka menulis ataupun menggambar. Semuanya akan menjadikan pundi-pundi uang atau bahkan media pembelajaran bagi siapa saja yang mengasahnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Seorang Pencuri

28 November 2022   13:15 Diperbarui: 29 November 2022   08:38 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wanita (sumber gambar: pinterest)

"El! Kembalikan bolanya! Ayo kita main lagi!"

Dia mendongak keluar jendela, berjinjit-jinjit seakan menghilangkan dinding pembatas antara dunia luar dengan duniamu saat ini. Lalu ia melemparkan bolanya lantaran memanjat jendela seraya melambai-lambaikan tangannya.

"Kalian main saja dulu nanti aku menyusul!"

"Jangan lama-lama ya! Kita kekurangan orang!"

Bocah laki-laki itu tak kunjung pergi. Ia malah ikut-ikutan memeluk lutut di hadapanmu sambil cengar-cengir. Kau pun menatapnya heran karena kau pikir dia agak sedikit gila.

"Hai, namamu siapa? Aku Elias," katanya. Namun kau diam membisu. Elias tak kehilangan akal, tanpa seizinmu dia menyibak rambutmu yang kusut tak terawat dengan lembut penuh kasih sayang. Bahkan kau terbelalak karena merasakan kehangatan yang menjalar di setiap sentuhannya.

Lalu dia mengangkat wajahmu dengan senyumnya yang sehangat matahari Elias berkata, "Kau cantik!"

Kau terpaku, bukan karena kebiasaanmu melainkan terpukau ada kilatan harapan muncul di matamu yang merah membengkak. Kau pun menenggelamkan wajah, malu, sebab lupa cara membalas dialog orang.

"Mengapa, mengapa aku diasingkan dunia hanya karena aku anak seorang pencuri?" Kau lagi-lagi meracau. Kesendirian di tengah ruang kegelapan menyebabkanmu kesulitan untuk saling melempar dialog.

"Kau tahu? Orang lain sering melihat keburukan manusia dibanding kebaikannya? Sebab mereka memiliki insting yang mewakili pikiran mereka untuk melihat bahwa orang itu tak layak dikasihani." Elias berceramah tepat di sampingmu. Sesekali mengambil posisi yang nyaman agar bisa bersandar.

Engkau tertegun mendengar penjelasannya. Rasanya sangat mustahil seorang bocah sepuluh tahun memaparkan ceramah yang bahasanya sulit dimengerti. "Kau, dari mana belajar kata-kata itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun