Mohon tunggu...
Fachri Fahrezy
Fachri Fahrezy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dibuat untuk memenuhi tugas kuliah jurnalistik

NIM : 20107030080 MAHASISWA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gorengan sebagai Kuliner yang Underrated

21 April 2021   20:16 Diperbarui: 21 April 2021   20:22 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan puasa ini kita sering melihat banyaknya kuliner-kuliner khas yang hanya ada di saat bulan ramadhan, walaupun banyaknya kuliner dan masakan yang tersaji hanya saat bulan ramadhan tidak menutup kemungkinan untuk kuliner pada hari biasa tetap menjadi pilihan seperti halnya es kelapa muda, es teh dan lainnya. Kali ini kita akan membahas kuliner yang jarang di perbincangkan dan ada setiap hari, baik hari biasa maupun hari hari di bulan puasa. Makanan yang kita bahas kali ini bisa dibilang makanan yang underrated, makanan ini yang dapat membuat selera makan terpancing, lalu makanan ini juga ada dari sudut kota manapun baik dari sabang sampai merauke.

Makanan itu adalah gorengan, sesuatu yang wajib tersaji saat nongkrong bareng teman, ataupun sesuatu yang mengiringi kopi senja teman –teman sekalian. Gorengan pada dasarnya adalah makanan ringan pengganjal perut , tetapi karena harga dan rasa yang khas membuat kita sering membeli lebih dari satu sehingga perlahan –lahan perut kita menjadi kenyang karena kebanyakan makan gorengan. Walaupun di bulan puasa seperti ini tidak menutup kemungkinan penjualan gorengan mengurang, malahan berdasarkan hasil dari beberapa  survei mengatakan bahwa penjualan gorengan dapat dikatakan meningkat dalam skala yang tidak tinggi, tetapi tidak menurun, mungkin peningkatan yang signifikan akan terjadi pada saat menjelang lebaran.

dokpri
dokpri
Kali ini saya telah melakukan beberapa survei ke gerai yang menyediakan gorengan, gerai ini berada di Jalan Panorama di dekat Lobang Jepang Kota Bukittinggi. Gerai ini dimiliki oleh Ibu Desmawati yang merupakan warga sekitar, beliau menjualan gorengan bukanlah sebagai mata pencarian utama melainkan untuk menambah uang saku keluarga. Gerai beliau berada ditepi jalan dekat dengan gapura masuk ke dalam komplek perumahan tentara PHB di kelurahan Bukik Cangang Kayu Ramang. Beliau memulai usaha gorengan ini pada beberapa hari sebelum bulan puasa, beliau dibantu oleh suami dan dua anaknya dalam menjalankan gerai gorengan ini. Gerai gorengan ini buka pada pukul 4 sore sesudah ashar dan tutup sebelum isya, gerai gorengan ini bernama Gorengan Uniang.

Saat berbicara tentang gorengan dengan beliau saya sempat melakukan wawancara singkat dengan beliau , “biasanya pembeli yang datang berasal dari mana saja buk ?” lalu beliau menjawab “ biasanya kali ini berasal dari sini –sini aja, belum tau kalau menjelang ramadahan, apalagi ada objek wisata dekat sini.” “Lalu  kalau boleh tau bu, sehari biasanya dapat penghasilan berapa bu”. “ biasanya paling tinggi dapat 200 an lahh tapi kalau sepi biasanya 50an ataupun kurang “. Dari sdikit pembicaraan itu dapat kita bayangkan andai saja beliau buka pada hari biasa dari siang sampai malam tentu saja membuat kita menghitung –hitung kembali berapa penghasilan yang dapat diperoleh dalam sehari.

Lalu saya melanjutkan percakapan dengan pertanyaan , “selain gorengan biasanya ada menu lain gak bu?”, “ ada, biasanya ada takjil seperti kolak sama pepaya santan, terus ada julan lauk juga”. Hal ini dimanfaatkan karena dalam suasana ramadhan yang membuat masyarakat sering keluar sore sepertinya ngabuburit lalu berburu takjil. Walaupun begitu menu gorengan beliau sama seperti halnya penjual gorengan lainnya seperti ada risoles, tahu isi, tempe, pisang goreng , dan lain -lain . Beliau juga berkata kalu orang beli gorengan itu buat makanan pembuka waktu buka puasa, selain kurma dan hal manis –manis lainnya gorengan merupakan salah satu pilihan utama yang tersaji di atas meja makan kita saat berbuka.

Percakapan saya lanjutkan dengan menanyakan “kalau waktu buka puasa gimana bu? Gerainya ditutup dulu atau bagaimana?” beliau menjawab “ biasanya saya sama keluarga buka puasa di gerai ini sama teh dan gorengan terus gantian jaga gerai biar yang lain bisa shoat magrib dulu, trus makan nasinya nanti klo mau pergi tarawih atau pulang tarawih”. Beliau sebagai penjual gorengan dapat kita lihat adaah orang yang teliti dalam hal waktu sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma. Waktu adalah uang merupakan sebuah pepatah yang terpakai dalam keadaan saat seperti ini dan beliau menerapkan pepatah tersebut.

Dalam pembahasan gorengan kita tentu menemukan dampak –dampak dalam mengonsumsi gorengan baik dalam hal positif ataupun negatif. Dampak positifnya dapat kita lihat seperti kenyang dan nafsu makan menambah, walaupun begitu tak luput dari pandangan dampak negatif nya tentu ada, tetapi dampak negatif ini terjadi apabila mengonsumsi terlalu banyak atau berlebihan. Hal ini memang benar terjadi, coba saja makan gorengannya tidak berlebihan misalnya makan 3 buah satu orang tentu tidak akan berdampak. Lagipula gorengan tidak hanya mengandung minyak dan micin saja tetapi ada sayuran, seperti halnya dalam bakwan dan tahu isi. Selain itu kita juga dapat menyaksikan gorengan yang sekiranya masih bisa dimakan dengan yang tak layak makan.

Dokpri
Dokpri
Dalam hal pengeluaran kita hanya perlu mengeluarkan uang sebanyak 1000 rupiah untuk 1 gorengan, hal ini sangat murah bukan? Untuk itu banyak masyarakat menyukai gorengan. Gorengan adalah perwujudan dari kuliner masyarakat, kenapa demikian, hal ini dikarenakan gorengan tidak memandang siapa pun yang membelinya baik dari kalangan warga tak mampu maupun warga yang kaya raya. Menurut saya gorengan juga memiliki sebuah arti dan seni dalam pembuatanya meskipun kita jarang membahasnya. Contoh nya saja harganya hanya seribu itu artinya terjangkau oleh semuanya dan seni nya di pembuatan gorengan itu, walaupun semua orang dapat membuat gorengan dengan bentuk yang sama, bagi saya itu merupakan hal yang patut dikagumi.

Lain hal pula dengan semangat para penjual gorengan yang bisa dibilang mereka memiliki semangat yang tinggi sebagaimana halnya para pengusaha, mereka hanya mengharapkan uang sedikit demi sedikit hingga sampai nantinya mereka akan dapat menwujudkan mimpinya. Jualan gorengan bisa jadi merupakan pilihan dalam mendirikan usaha kecil –kecilan, dilihat dari modal kita bisa bilang modalnya tidak terlalu besar dan keuntungannya pasti juga ada, semua tergantu proses yang kita jalani dalam melaksanakannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun