Mohon tunggu...
Faamma
Faamma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Final year students

Bertumbuh 🌱 Penulis ulung di https://faamma.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toxic Positivity, Si Positif yang Tak Melulu Positif

14 Agustus 2021   04:44 Diperbarui: 14 Agustus 2021   05:45 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Toxic Positivity 101: The Essential Guide - Texture of Parlance (texture-of-parlance.com) 

Toxic postivity...
Ada yang baru mendengar penggalan kata tersebut? atau memang sudah tau belakangan ini?

Bagi kalian yang menginjak usia 20-an keatas pasti semakin sering mendengar kata-kata berbau "toxic positivity". Seiring berjalannya waktu, usia semakin bertambah, dan tentunya diri ini semakin dituntut untuk dewasa oleh keadaan. 

Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk melihat segala sesuatu dari sisi baik dari kehidupan tanpa mempertimpangkan persaan yang dirasakan. Melihat suatu hal dengan positif memang baik, tapi jika dibarengi dengan menghindari emosi negatif, hal ini justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental, lho. Toxic positivity umumnya muncul melalui ucapan. Orang yang memiliki pemikiran yang demikian mungkin bisa sering melontarkan petuah yang terkesan positif, tapi sebenarnya merasakan emosi yang negatif.

Kalian mungkin pernah merasakan menjadi korban si toxic yang satu ini. Seperti kalian sedang bercerita tentang keluh kesah kalian kepada orang lain baik itu teman, ataupun keluarga sekalipun. Namun, tidak kalian dapatkan respon sesuai ekspektasi kalian malah terkesan menjatuhkan dan tidak memahami kesedihan yang kalian alami. Misalnya dengan ucapan kalimat-kalimat seperti ini:

"jangan menyerah, begitu saja kok tidak bisa"

"kamu harusnya lebih bersyukur, banyak orang diluar sana ingin berada di posisimu"

"kamu lebih beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu"

"Coba deh, lihat sisi positifnya. Lagi pula, ini salahmu juga, kan?"

Ada baiknya untuk lebih menunjukkan empati kepada orang lain yang memperdengarkan ceritanya kepada kita. Lebih baik kita terlebih dahulu mengatakan ucapan berikut:

"Dalam keadaan ini, sepertinya sulit ya melihat hal-hal yang baik. Saya mencoba memahami"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun