Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Meraba Resah di Balik Heboh Amukan Bupati pada Mensos

4 Mei 2020   04:36 Diperbarui: 4 Mei 2020   08:47 1560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pejabat. (sumber: KOMPAS)

Jadi sebenarnya bertujuan 'kemajuan' dan 'kehidupan.' Tapi koq jadinya sebaliknya yakni 'kemunduran' dan 'kematian.' Kalau istilahnya pergi bawa mobil, pulang bawa sepeda. Ini gimana ya? 

Ya, Kalau ada yang nyela, pak namanya saja gelap mata? Iya sih, benar juga. tapi waktu sedang kalap kan lagi buka mata tidak tutup mata? Kalau gelap pikiran ya, masuk akal. Aya aya wae, kata pak JK (Jarwo Kwat).

Lalu apa motif positif dari Kemarahan seorang Bupati Sehan Landjar (ini kepala Daerah Kabupaten Bolaangmongondow Timur Provinsi Sulawesi Utara) yang setahu saya orang baik dan loyal terhadap rakyat? 

Rupanya disitulah letak pemicu atau motif kemarahan pak bupati. Yaitu, sikap loyal dan kebaikan hatinya pada rakyat. Ibarat seorang bapak, beliau resah menunggu bantuan BLT yang tak kunjung datang. 

Padahal itu sudah ditunggu rakyatnya. Itu untuk menopang hidup berkelanjutan anak-anaknya (baca rakyat Boltim) karena beliau juga sudah dengan segala upaya berusaha menanggulangi penurunan pendapatan rakyat akibat Covid-19. 

Saya amati lagi video marah-marahnya pak bupati... melihat reaksi wajahnya dan... astaga! Seolah-olah saya bisa melihat wajah panik, keluhan, erangan dan doa-doa rakyat yang bermutasi jadi rasa marah karena lambatnya jawaban. 

Ya sudah betul tadi, ini kemarahan positif. Kalau kemarahan positif ini keluar dari mulut seorang bupati ya sangat baik nilainya. Coba kalau langsung dari mulut rakyat? Bisa barabe, ada aksi biasanya yang mengikuti statement dan macam-macam pula.

B. Dalam Pandemi; Sulitnya Menyepadankan Kesabaran dengan Kebutuhan Rakyat

Fakta bahwa ada 4.700 kepala keluarga di Kabupaten Boltim yang belum menerima program Bantuan Langsung Tunai, ini sebenarnya fakta yang mewakili seluruh calon penerima manfaat di Indonesia secara keseluruhan. 

Entah apa penyebab sebenarnya pihak Kemensos belum juga mencairkan BLT bansos ini, meski sehari setelah Sehan dan amukannya viral dan termuat di TV nasional, Mensos Juliari Batubara langsung menyatakan penyaluran sementara berlangsung dengan aman dan bertahap. Hanya baru di beberapa daerah saja di luar Jabodetabek.

Mulanya saya curiga dan menuduh Kemensos Juliari ini koq sepertinya ada bengal-bengalnya sedikit begitu. Artinya berani melawan atasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun