Mohon tunggu...
Achmad Faizal
Achmad Faizal Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di MA Unggulan Nuris dan Ma'had Aly Nurul Islam Jember

pendidik yang masih terus belajar, memahami, bertindak semampu hati, akal, dan tenaga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pragmatisme, dari Mie Instan hingga Ustazah Nani Handayani

9 Desember 2017   08:05 Diperbarui: 9 Desember 2017   09:15 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: tribunnews.com

Tidak cukup di situ, "Ustazah Nani Handayani bukan saja keliru menuliskan ayat, tapi juga keliru jelasin soal jama' dan qashar. Karena tidak paham beda antara jama' & qashar maka sejak awal penjelasannya berputar-putar gak karuan. 

Sebaiknya buka kitab fiqh dulu sebelum ceramah," kata Prof Nadirsyah Hosen atau yang akrab dipanggil Gus Nadir, melalui akun twitternya @na_dirs (05/12/2017) (lihat Dutaislam.com, 05 Des 2017).

Jika sudah begini, sebagai penyampai kalam Allah tidak asal semenjana kapasitasnya. Mereka harus betul-betul mumpuni dan tidak asal camera face saja. Usulan sertifikat pendakwah atau apalah yang terpenting seleksi ketat menjadi perhatian khusus. Dan yang perlu diingat adalah tujuan mulia berdakwah yakni, menyampaikan kabar baik dan buruk semata karena Allah SWT semata. Itu saja, tanpa embel-embel lainnya.

Berdakwah bukan soal menyampaikan saja, keilmuawan dangkal berakibat blunder jika tampil di media profesional. Ini bukan mie instan yang hanya butuh 3 menit direbus lalu meniriskannya dalam piring berbumbu, bisa jadi rasa kaldu ayam, soto, gulai ayam dan sebagainya. 

Berdakwah  di media professional hanya untuk sosok yang profesional pula bukan? Butuh belajar dan menempa pengetahuan serta pengalaman baru berdakwah.

Tetapi apresiasi tetap disampaikan salut kepada "Ustazah" Nani Handayani telah berusaha melaksanakan sunnah Rasulullah yakni, "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR.Bukhari) di luar kefatalan dan kelemahannnya itu. Juga kerendahan hatinya mengklarifikasi kesalahan dan permohonan maafnya. Jadi, tak perlu larut dan menyulut bara atas "kekhilafan" ini. Mari bersikap bijak.

Semoga cukup Nani Handayani yang menjadi "korban" pragmatisme budaya yang mulai menjangkiti bangsa Indonesia. Keterburuan, asal-asalan cepat, diburu waktu dan sebagainya sehingga terlupa betapa proses itu kebutuhan, bukan sekadar hasil yang kasat dan melenakan itu. Menjadi penceramah bukan seperti mie instan seperti temuan asal Jepang, Momofuku Ando pada 1958, yang kini---menjadi---makanan "pokok" sebagian besar bangsa Indonesia.[]

Profil Ustazah Nani Handayani(Sumber informasi: Tribunnews.Makassar.06/12/2017)

1. Direktur Yayasan Iqro Bekasi

Yayasan Iqro ini berlokasi di Jl Ayat No 78 Jatimakmur, Pondok Gede-Bekasi, Jawa Barat. Yayasan IQRO" adalah lembaga nonprofit yang didirikan pada tanggal 25 Juli 1990. Yayasan bertujuan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan keIslamannya, mengembangkan potensi serta kekuatanya, khususnya dalam bidang da'wah, pendidikan dan sosial.

Yayasan ini menaungi sejumlah lembaga;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun