Mohon tunggu...
Eza Ihza Mahendra
Eza Ihza Mahendra Mohon Tunggu... Alumni Pendidikan Sejarah UNJ dan Pendidikan Profesi Guru UNTIRTA

Teaching and Education • History Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revivalisme Agama dalam Pemberontakan Petani Banten 1888

6 Juni 2025   13:30 Diperbarui: 6 Juni 2025   13:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sulit untuk mengetahui dengan pasti tentang perkembangan pesantren di masa lampau sehingga kita hanya bisa berasumsi tentang pengaruhnya terhadap kehidupan beragama masyarakat. Akan tetapi, satu hal yang pasti adalah bahwa penyebarluasannya yang sangat masif terjadi di abad ke-19 dan bahkan tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa pada abad ini banyak pesantren sudah mempunyai dimensi "nasional". Ketika ilmu pengetahuan Islam mendapatkan dorongan baru dari kaum ulama yang semakin meningkat jumlahnya yang kembali dari perjalanan haji. Lembaga pesantren yang berusia tua itu tentu memperoleh kekuatan dan daya tarik baru di kalangan rakyat dalam kondisi yang diciptakan oleh Revivalisme Agama. Pada paruh kedua abad ke-19, berlangsung suatu proses saling memperkuat di antara berbagai aspek gerakan keagamaan.

Pada paruh kedua abad ke-19 ada satu hal yang menarik terkait dengan masifnya perkembangan pesantren, yaitu banyak haji yang menjadi kiai dan kemudian mendirikan pesantren mereka sendiri. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Makkah menjadi sumber spiritual, oleh karenanya para haji tersebut berkesempatan untuk berkenalan dengan dogmatisme Islam yang berbeda dengan toleransi keagamaan tradisional di tanah air mereka. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa di antara para haji yang kembali terdapat orang-orang yang -- sebagai penganut Islam yang lebih ortodoks -- cenderung menempuh jalan yang militan dan bersikap bermusuhan dengan rezim kolonial. Selama beberapa dekade pada paruh kedua abad ke-19 terjadi peningkatan fanatisme di kalangan pesantren di Banten. Sikap bermusuhan dan agresif ditanamkan pada diri para santri terhadap orang asing. Mereka memandang rendah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Islam.

Seperti yang diungkapkan oleh Harry J. Benda tentang Islam di Indonesia, "tiap pesantren berpotensi menjadi pusat sendimen anti-Eropa". Konflik sosial yang melekat dalam perselisihan religio-politik sering terlihat secara terbuka dalam bentuk cemoohan yang terutama ditujukan kepada para pejabat kolonial Belanda. Tentu saja para pejabat kolonial Belanda menyadari sepenuhnya bagaimana masyarakat memusuhi mereka. Pemerintah kolonial juga melihat bahwa pesantren merupakan alat pengendalian ideologi yang berguna dan bahwa pelajaran yang diberikan di sana dijadikan alat kepentingan kaum elite agama. Oleh karenanya, pemerintah kolonial mengambil langkah untuk menempatkan semua pesantren di bawah pengawasan resmi yang ketat. Tindakan yang lebih positif adalah mendirikan sekolah-sekolah yang lebih sekuler guna memperluas pengaruh pemerintah kolonial Belanda dan melawan pengaruh pesantren yang sangat besar. Tentu saja kaum elite agama menentang penyebarluasan sistem pendidikan Barat yang akan membatasi kemajuan Islam. Bagaimanapun juga, melalui pesantren para kiai dapat menguasai masyarakat pedesaan. Oleh karenanya mereka dapat dengan mudah menguasai sumber daya material dan juga melakukan agitasi kepada masyarakat yang notabene bekerja sebagai petani.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun