Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Matamu, Dia Selalu Lebih Tepat Waktu dari pada Aku

4 Januari 2021   21:44 Diperbarui: 4 Januari 2021   22:09 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kelas, aku mengirimkanmu pesan, "Nanti malam kau bisa keluar? Aku kangen,"

"Maaf, aku harus mengusaikan tugas." Jawabmu tak lama.

"Tapi ini malam minggu."

"Iya, aku tahu. Tapi aku tidak bisa. Aku juga kangen."

Ah, ucapan rindu itu membuat aku kalah, "Yasudah, aku ngerti,"

Aku kembali ke kos dengan letih. Dia masih duduk di depan kosnya seperti tadi, hanya saja sekarang dia mengenakan headset. Dia terlihat sedang telfonan dengan seseorang. Dia tidak masuk kuliah hari ini. "Eh, ini Surya. Baru pulang kuliah", aku tidak bertanya itu siapa, aku sudah mengerti itu pasti kau.

Aku masuk kos, membuka laptop, dan memutar lagu dengan suara setinggi-tingginya agar tidak mendengar tawanya kepada telfon. Bahkan lagu pertama belum usai, kau mengirimi pesan, "Sayang, Rio bisa terganggu di sebelah. Kecilkan suara lagu yang kau putar", kau sangat jarang mengirimi pesan terlebih dahulu kepadaku. Tapi untuk Rio, kau mengirimi pesan. Aku mematikan laptop, "Iya, sudah", balasku.

Aku mengeluarkan baju kerja, memasukkanya dalam ransel, dan keluar kos. "Ini Surya keluar. Nggak tahu mau ke mana", ucapnya kepadamu dan aku tak menjawab apa-apa. Sungguh, aku sangat berharap kau akan mengirimi pesan untuk menanyakan aku akan kemana sebelum jam kerja. Tapi seperti biasa, kau sangat jarang mengirimi pesan terlebih dahulu.

Aku berniat istirahat ke kos teman kerja sebab aku tidak akan bisa benar-benar tidur jika terus mendengar suaranya. Tapi begitu aku sampai, temanku itu tidak di sana. Aku akhirnya ke taman kota, tempat orang-orang memesan kelapa muda dan tak akan pernah saling bertanya kesedihan macam apa yang sedang kau hadapai hari ini. Barangkali taman ini cocok untuk situasi seperti ini.

Dan akhirnya kau mengirimi pesan, "Kau keluar tanpa mengabari aku. Kau sudah tidak mempedulikan aku", aku tersenyum, sepertinya kau akan marah besar kepadaku. Untungnya aku sudah tahu bagaimana caranya menenangkanmu, "Iya, aku keluar. Aku buru-buru. Jangan dibahas. Tadi kau bahas apa saja dengan Rio di telfon?"

"Tidak bahas apa-apa. Aku sayang kamu", demikian, kau menjawab begitu cepat lengkap beserta emoji tersenyum. Memang begitu, jika aku menanyai apa saja mengenai kau dan dia, kau akan lupa tentang aku. Lihat saja, kau bahkan lupa menanyakan di mana aku tepatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun