Mohon tunggu...
Exnasius Jaka Purnama
Exnasius Jaka Purnama Mohon Tunggu... Administrasi - Guru di SMP Taruna Nusa Harapan

Karena berani mencoba saya menjadi bisa. Karena terus mencoba saya menjadi terbiasa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Musim Kejahatan Tiba, Masyarakat Wajib Waspada

3 Mei 2015   07:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu ke depan kita akan memasuki Bulan Juni kemudian Juli tahun 2015. Bisa dikatakan bahwa pada kedua bulan itu, masyarakat akan memasuki sebuah musim yang sibuk. Saya katakan kedua bulan itu adalah musim sibuk karena sebagian besar masyarakat akan disibukkan dengan 2 aktivitas besar. Kedua aktivitas itu ialah pendaftaran siswa baru tahun pelajaran 2015/2016 dan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1436 H.

Tak dapat dipungkiri bahwa kedua aktivitas itu akan berdampak pada sirkulasi uang dalam jumlah yang sangat besar. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, tempat-tempat transaksi keuangan akan disesaki oleh para nasabahnya. Banyak orang akan datang ke Bank untuk mencairkan deposito/tabungannya untuk mendaftarkan putra-putrinya sekolah. Tidak sedikit pula orang yang akan datang ke toko perhiasan untuk menjual perhiasan yang dimiliki untuk kepentingan sekolah putra-putrinya. Selain itu, ada juga orang yang datang untuk membeli perhiasan guna mempercantik penampilan diri saat lebaran nanti. Banyak orang tua yang putra-putrinya akan melanjutkan ke jenjang SMA atau sederajat datang ke toko kendaraan untuk membelikan (baik cash maupun kredit) putra-putrinya sepeda motor yang akan digunakan sebagai alat transportasi ke sekolah. Kantor Pegadaian akan diramaikan oleh masyarakat yang hendak menggadaikan barang untuk keperluan pendidikan maupun lebaran. Para nasabah akan menyesaki Kantor Asuransi untuk hendak melakukan klaim asuransi pendidikan.

Pepatah lama mengatakan “Di mana ada gula di situ ada semut.” Arti dari pepatah itu adalah di mana ada kesenangan di situlah banyak orang datang. Jika melihat situasi yang sedang tren di masyarakat, sepertinya pepatah itu sangat pas ketika saya analogikan dengan ungkapan “Di mana ada uang, di situ niat jahat datang.” Saya analogikan demikian karena dari banyak berita yang saya dengar di radio, tonton di televisi, dan baca di koran, faktor keadaan ekonomi/uang yang paling mendominasi alasan seseorang untuk melakukan tindak kejahatan. Di samping ada beberapa alasan lain seseorang mau untuk melakukan tindak kejahatan di antaranya adanya kesempatan, tekanan pihak tertentu, dan sifat dasar seseorang.

Menyimak tren tentang tindak kejahatan yang sedang terjadi di tengah masyarakat, ada dua pertanyaan yang kemudian muncul. Pertama apakah terjadinya tindak kejahatan sebenarnya bisa diantisipasi? Pertanyaan kedua adalah apakah tindak kejahatan di negeri ini bisa ditumpas sampai ke akar-akarnya sehingga tidak akan pernah muncul lagi?

Untuk menjawab pertanyaan pertama tentu sangat mudah. Jawabannya adalah tentu saja bisa. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi agar tindak kejahatan jangan sampai terjadi. Sebelum menguraikan lebih lanjut, melalui tulisan ini saya ingin menyapa dua pihak berkepentingan. Pertama para penegak hukum di negeri ini. Kedua, warga masyarakat yang rentan menjadi objek tindak kejahatan.

Menurut pendapat saya, tindak kejahatan yang akhir-akhir ini terjadi di tengah masyarakat sudah masuk dalam fase yang sangat serius. Rasa was-was selalu menyelimuti pikiran warga masyarakat yang ingin beraktivitas di luar rumah. Bayangkan saja! Pergi bekerja memakai sepeda motor, orang takut dibegal. Datang ke “kondangan” memakai perhiasan, orang takut dijambret. Membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak, orang takut dirampok. Jika demikian keadaannya, kepada siapakah warga negara Repubik Indonesia ini meminta jaminan keamanan? Tentu jawabannya adalah para penegak hukum yaitu Polisi Republik Indonesia (Polri).

Dari beberapa berita yang saya dengar, baca, dan tonton di media massa, dalam beberapa kesempatan anggota Polri berhasil menangkap para pelaku tindak kejahatan ini. Bahkan, beberapa pelaku tindak kejahatan berhasil diringkus dalam waktu yang singkat setelah kejadian. Tugas berbahaya seperti ini tentu juga membawa konsekuensi tersendiri bagi pihak Polri. Beberapa anggota Polri rela bertaruh nyawa saat melaksanakan tugas ini. Apresiasi yang tinggi layak kiranya kita sematkan kepada Polri yang sudah bertindak nyata dengan memburu para pelaku kejahatan. Tindakan-tindakan nyata seperti inilah yang selalu masyarakat nantikan.

Namun demikian, fakta bahwa tetap terjadinya tindak kejahatan dalam intensitas yang tinggi di tengah masyarakat harus menjadi pekerjaan rumah (PR) tersendiri bagi Polri. Evaluasi kinerja Polri perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan langkah-langkah yang lebih jitu. Jangan sampai citra Polri dipermainkan atau direndahkan oleh para pelaku tindak kejahatan di depan mata rakyat Republik Indonesia dengan semakin maraknya aksi mereka.

Slogan Polri “Mengayomi dan Melindungi Masyarakat” saat ini benar-benar sedang diuji. Namun saya percaya bahwa Polri akan mampu lulus dalam ujian ini. Dengan dukungan dari segenap rakyat Indonesia, Polri akan memenangkan “perang” terhadap para pelaku tindak kejahatan ini.

Sebagai warga masyarakat apa yang harus kita lakukan? Tentu ini menjadi pertanyaan besar yang sebenarnya mudah untuk dijawab. Mari kita dukung dan desak Polri untuk lebih serius dalam menindak para pelaku kejahatan. Selain itu, mari kita serukan agar Polri tidak ragu untuk memberikan hukuman seberat mungkin kepada para pelaku tindak kejahatan yang tertangkap untuk bisa menimbulkan efek jera.

Sebelum merayakan Idul Fitri, umat muslim akan mempersiapkan hati denganberpuasa satu bulan lamanya. Mari kita semua (pemeluk agama apapun) mengambil hikmah/makna dari puasa ini. Puasa tidak hanya sekedar memati raga dengan tidak makan dan minum namun juga mengendalikan hawa nafsu/hasrat. Salah satunya adalah hasrat ingin pamer dengan cara mengenakan perhiasan yang berlebihan dan mencolok. Selain itu, pamer kemolekan tubuh dengan cara mengenakan pakaian yang bisa memancing hasrat seksual. Bukankah dua hal ini bisa memancing hasrat seseorang untuk melakukan tindak kejahatan? Bukankah seharusnya hal-hal seperti ini bisa kita antisipasi? Dengan demikian peluang untuk seseorang melakukan kejahatan bisa diminimalisasi.

Sangat bijak juga kiranya kalau kita warga masyarakat selalu mengingat pesan dari seorang tokoh yang sering muncul di televisi membawakan acara kriminalitas di Indonesia yang bertajuk Sergap. Dia adalah Bang Napi. Dalam pesannya Bang Napi berkata “Kejahatan bisa terjadi bukan saja karena ada niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!”

Untuk menjawab pertanyaan kedua apakah tindak kejahatan di negeri ini bisa ditumpas sampai ke akar-akarnya sehingga tidak akan pernah muncul lagi? Sebagai warga negara yang sangat mencintai negeri ini tentu saya harus optimis menjawab sangat bisa meskipun sulit. Jika menilik kembali pada paragraf ketiga tulisan ini, tentu saja tidak semua tindak kejahatan akan hilang sama sekali dari negara ini. Hanya sebagian besar saja akan berkurang. Untuk menguranginya pun butuh sebuah proses yang sangat panjang guna mewujudkannya. Proses itu panjang karena melibatkan banyak pihak yang berkepentingan.

Bukankah akar permasalahan yang utama dari alasan seseorang melakukan tindak kejahatan ini sudah terjawab? Sekali lagi, faktor ekonomi/uang yang mendominasi alasan seseorang melakukan tindak kejahatan. Bukankah ini artinya rakyat belum sejahtera dan makmur? Bukankah tugas negara dan pemerintah untuk menyejahterakan rakyat dan memakmurkan bangsa? Tentu muncul pertanyaan balik. Bisakah negara dan pemerintah menyejahterakan rakyat dan memakmurkan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945? Sebagai warga negara yang sangat mencintai negera ini, tentu saya percaya dan optimis bahwa kelak negara dan pemerintah akan bisa menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Dengan demikian tindak kejahatan di negara ini akan berkurang. Semoga.

Mojokerto, 3 Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun