Mohon tunggu...
Excelindo Krisna Putra
Excelindo Krisna Putra Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaExcellent

Pengelana Masa • Perekam Peristiwa • Peramu Peradaban | Blog Pribadi: https://excelindokrisnaputra.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salatiga, Kota Modern Eropa di Tanah Jawa

24 Juli 2022   06:00 Diperbarui: 24 Juli 2022   06:35 1927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bus ini melayani trayek awal dengan rute ke Tuntang dan Bringin, karena kedua daerah tersebut memiliki stasiun ke berbagai rute daerah. Karoseri bus dibangun dengan bahan kayu dan besi berwarna hijau tua. 

Bus berkapasitas 16-18 orang dengan dua kelas pelayanan yaitu konfigurasi bagian depan dengan menghadap kedepan berkursi nyaman dikhususkan bagi warga Eropa, sedangkan bagian belakang yang menghadap belangkang dengan kursi rotan diperuntukan bagi warga pribumi. 

Pada tahun 1930 ESTO mengembangkan trayek menuju ke berbagai daerah seperti Suruh, Ambarawa, Magelang, Yogyakarta, Purworejo, Kutoarjo, Sragen, Semarang, Kendal, Kudus dan Pati dengan jumlah armada bus mencapai 100 unit.

Transportasi truk untuk mendistribusikan barang juga dirintis oleh Kwa Tjwan Ing dengan rute dari Salatiga menuju ke Semarang. Terdapat dua jadwal keberangkatan setiap harinya, pada jadwal keberangkatan pertama di pagi hari truk memuat hasil pertanian, sedangkan jadwal keberangkatan kedua di siang hari truk diisi oleh muatan arang. Truk yang kembali dari Semarang menuju ke Salatiga seringkali membawa muatan hasil bumi serta bahan makanan pokok.

Sebelum kendaraan bermesin banyak masuk ke kota ini, dokar memainkan peranan yang penting untuk sarana transportasi. Tidak hanya sebatas di dalam kota, layanan dokar mencakup luar daerah seperti Suruh, Tuntang, Bringin dan Boyolali.

Dokar untuk warga pribumi menggunakan sistem pemberangkatan ketika kapasitas tempat duduk sudah terpenuhi maksimal, sedangkan untuk warga Eropa lebih menghendaki layanan transportasi ini dengan sistem sewa. 

Jika perjalanan ke daerah yang dituju melebihi kemampuan kuda untuk menarik setiap harinya akan dilakukan perpindahan ke dokar dengan rute selanjutnya, sebagai contoh jika ingin menempuh dari Salatiga ke Surakarta perpindahan dokar di daerah Boyolali.

Kereta api di Salatiga dapat diakses melalui 3 stasiun terdekat yang dioperasikan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij yaitu Stasiun Willem 1 (saat ini menjadi Stasiun Ambarawa), Stasiun Tuntang dan Stasiun Bringin. 

Ketiga stasiun tersebut berjarak antara 6-10 kilometer dari pusat kota sehingga dibutuhkan transportasi antar moda berupa bus atau dokar. Penumpang kereta api terbagi atas tiga kelas pelayanan yaitu Kelas I untuk orang Eropa, Kelas II untuk orang timur asing dan pejabat maupun priyayi pribumi serta Kelas III untuk pribumi.

Terdapat 3 fasilitas pompa bensin yang dimiliki Salatiga saat itu untuk menunjang bahan bakar transportasi yaitu yang berada di timur Bundaran Tamansari, dekat Gereja Kristen Indonesia (GKI) dan dekat Atrium. 

Karyawan operator pompa bensin sebelum bertugas menjalani pelatihan kerja dan standar pelayanan konsumen di Semarang. Saat bekerja operator mengenakan seragam warna putih, sementara itu warna khas mesin pompa bensinya adalah kuning. Sistem pembelian bensin menggunakan pengungkit, sehingga pembelian hanya dapat dilakukan untuk minimal kapasitas 5 liter dan kelipatannya.

Merbabu Sebagai Orientasi Keindahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun