Mohon tunggu...
Ewia Putri
Ewia Putri Mohon Tunggu... Penulis - seorang aktivis kemanusiaan konsen terahadap persoalan ekonomi, perempuan dan kemanusiaan

saya merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, saya tamatan s2 magister ilmu ekonomi di universitas jambi, sekarang sedang senang2 menjadi pengamat dan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nggak Enaknya Jadi Perempuan!

5 Mei 2023   13:39 Diperbarui: 24 Mei 2023   21:15 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mau ngajak kita untuk mikir, nggak peduli yang baca ini laki-laki atau perempuan, tapi  yang jelas aku harap kita bisa mikir tentang fenomena sosial saat ini, khusunya untuk yang udah nikah ya...

Dalam dinamika sosial yang terjadi saat ini bebrapa fenomena yang aku fikir tidak ada Keseimbangan antara lak-laki dan perempuan/Suami dan istri, sehingga terjadilah sebuah persitiwa diskriminasi yang tidak sehat antara satu sama lain. Padahal jika kita pahami secara menyeluruh bahwa kata pasangan merupakan : yang selallu dipakai bersama-sama sehingga menjadi sepasang.  

Jika kita lihat dalam Al Quran surat Ar-Rum: 21,  dengan artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-Rum: 21)

Tidak hanya itu QS. Az-Zariyat: 49 juga menjelaskan bahawa "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Az-Zariyat:49).
jika kita mampu melihat dengan sikap terbuka, tentulah hal ini akan menjadi acuan dalam kita menjaankan kehidupan, karena dengan jelas tuhan sampaikan melalui firmannya bahwa "Pasangan" berarti bersama-sama dan tidak ada perbudakan satu sama lain dalam sebuah Kata Pasangan.

Mari kita masuk pada fakta dan realita yang terjadi di lapangan bahwa menjadi seorang perempuan (Pasangannya laki-laki) adalah sebuah sebuah posisi yang serba salah apalagi dalam Keluarga. Perempuan dituntuk untuk memeluk kekurangan dan aib keluarga, bahkan jika ingin dianggap  sebagai perempuan sempurna maka ada standar yang harus diikuti seorang perempuan harus Cerdas, harus Sholehah, harus Menarik dan banyak lagi standar-standar tertentu yang dibuat oleh kalangan-kalangan yang menuntut kesempurnaan itu ...

Marki kita lanjut, dalam keluarga perempuan selalu dituntut Sempurna menjadi bidadari suami dan madrsah pertama bagi keturunannya, jika tak mampu maka akan ada ancaman Neraka bagi seorang istri. Sepertinya hal ini akan menjadi Ideal jika seorang laki-laki (Suami) pun telah sempurna tahu dan faham menepatkan dirinya,  ketika laki-laki telah absolut, mumpuni sebagai imam, mampu menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab, tanggung jawab disini tidak hanya materi dan religi saja, tapi bagaimana seorang laki-laki mampu menjaga emosionalnya, pisikologinya, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang dibutuhkan keluarganya. Baru ini yang dikatakan Seimbang. Jangan menuntut perempuan sempurna sedangkan laki-laki saja masih berada di Luar Kontrol Kebaikan! Mikir lagi dech yah.....

Masih semangat baca....

Ayo kita lanjut ya, dalam lingkungan sehari-hari sering kah kita mendengar dan melihat seorang perempuan sakit jiwanya? Tubuhnya terlihat sehat tapi jika kita amati ada ketidak stabilan pisikologi dan emosional ? atau akhlanya menyejukkan hati dapi fisiknya mengalami ringkih sakit-sakitan?

Kayaknya sering ya....

Mari kita lanjut, perempuan memang berada dalam situasi yang menyulitkan dirinya, mereka dituntut untuk bungkam dengan alasan penyelamatan. Jika nanti perempuan dibiarkan berkoar kesengsaraan, maka posis perempuan akan di cap sebagai perempuan yang "Tak Pandai Jaga Rahasia" padahal jika dipendam lama-lama akan Gila, dan tidak sedikit kita temukan banyaknya perempuan (istri) menjadikan orang-orang terdekatnya menjadi pelampiasan atas kekesalan dan beban mental yang ia miliki  salah satunya  Anak-anaknya sendiri.

Sedkit aku mau ngungkapin tentang prilaku-prilaku negatif Laki-laki (Suami)  yang saat ini banyak terjadi di lingkungan sekitar kita. Sumi main tangan, suami yang lalai akan nafkah, ada juga suami yang abai akan kebutuhan keluarganya dan yang marak terjadi saat ini Suami yang gila Perempuan, serta ada juga suami yang tidak faham akan Agama. Apakah hal ini bisa kita toleransi? Atau kita biarkan saja ?

Tapi ada juga sebagian dari masyarakat yang beranggapan, bahwa ketika suami melakukan perselingkuhan, berarti perempuan (istri) dikatakan tidak luwes menyenangkan Suaminya, trus nanti ketika suami melakukan KDRT perempuan di katakana tidak pandai menjaga sikap dan tingkah lakunya, ketika suami Marah  perempuan dikatakan tak Cerdas jaga Mulut. Perempuan hancur, terluka dalam diam mereka di katakana sebagai perempuan bodoh oleh banyak oorang, nahh ketika perempuan curhat dan mengeluarkan keluh dan kesah dianggap sebagai permepuan yang tidak punya malu. Anak-anak kacau yang disalahkan Perempuan, dianggap pola asuh ibu tidak baik dan benar.

Tapi....

Ketika suatu prestasi ujung-unjungnya laki-laki yang mendapatkan pujian postif dari masyarakat, contohnya ketika seorang anak-anak mendapatkan prestasi maka yang keluar kata-kata "dia anak bapak siapa" ahhhh perempuan, perempuan kata "dituntut untuk sempurna" selallu menjadi kambing hitam dengan tujun pembodohan dan berbudakan atas tubuhmu sendiri. Sudahlah rusak tubuh akibat hamil, melahirkan dan suami. Tetapi masih harus jungkir balik kaki jadi kepala dan kepala keset Keluarga...

Tapi jika perempuan berontak dengan kondisi yang belum layak, malah terjadi sebuah justifikasi bahwa perempuan ini "KURANG BERSYUKUR"

Ahhh perempuan, sungguh malang nasibmu, pantas saja engkau cepat keriput, surga terletak di kakimu, namu ancaman neraka juga ditakdirkan banyak dipenuhi oleh kaum-kaummu.. ooohhh perempuan malang ....

"jika kita belum mencapai kesempurnaan, janganlah menuntut sempurna dari pasangan kita, selayaknya Pakian ia di fungsikan sebagai pelindung, penjaga, penutup dan periasan bagi pemakaiannya bukan dengan tujuan perbudakan atau pembodohan - Ep"

Sebagian tulisan ini saya peroleh dari berbagai artikel dan fenomena sosial yang saya temui di lingkungan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun