Mohon tunggu...
Ewaldo Christian
Ewaldo Christian Mohon Tunggu... Freelancer - “There is only one way to avoid criticism: do nothing, say nothing, and be nothing.” – Aristotle

"Access to computers and the Internet has become a basic need for education in our society" -Kent Conrad

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Negara Penghasil Beras, Ekspor Kapan?

18 Mei 2019   09:53 Diperbarui: 18 Mei 2019   10:22 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Hi readers, kali ini saya akan membahas ekspor produk pertanian yang ada di Indonesia khususnya produk tani beras. Tapi sebelum kita membahas topik tersebut, readers harus tahu dulu kerangka-kerangka awalnya. Yuk kita simak bareng-bareng.

Beras merupakan makanan pokok utama di beberapa negara Asia. Salah satunya adalah Indonesia. Mengapa tidak? Negara Indonesia merupakan negara konsumen beras teratas didampingi oleh beberapa negara Asia lainnya. Walaupun begitu, antara tahun 2017/2018. Indonesia berhasil menduduki posisi ke-3 sebagai negara penghasil beras terbesar di dunia (sumber dari statista). 

Pada bulan Januari-September tahun 2018, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Produksi beras di Indonesia mencapai 49,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dan apabila dikonversi menjadi beras, bisa mencapai 32,42 juta ton beras (sumber dari BPS).

Namun disisi lain, Indonesia pada tahun 2018. Selain menghasilkan 49,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Indonesia tentu saja tidak lepas yang namanya mengimpor beras, terutama disepanjang tahun 2018. Terlebih lagi pada tahun itu merupakan angka impor tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk lebih detail, readers bisa silahkan baca sumber berikut. Sejak tahun 2000, Indonesia sudah melakukan impor beras. Padahal, Indonesia merupakan negara penghasil beras terbesar di dunia.

Kalau surplus, kenapa harus impor?

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (sumber dari Kompas-Ekonomi)
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (sumber dari Kompas-Ekonomi)

Pada tahun 2018, Indonesia sudah memproduksi hingga mencapai 32,42 juta ton beras. Sementara itu konsumsi beras di Indonesia, akhir tahun dapat mencapai 29,6 juta ton beras. Dengan begitu, selisihnya dengan konsumsi mencapai 2,82 juta ton (sumber dari Merdeka). Apakah cukup? Tentu tidak, karena semuanya tidak mungkin diberikan semua oleh petani ke pasaran. Dibandingkan dengan tahun 2017, surplus beras tahun 2018 turun lebih dari 5 kali lipat (sumber dari CNBC-Indonesia).

Hal ini tentu saja ada alasan mengapa Indonesia masih mengimpor beras. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, beliau menjelaskan bahwa stok beras di dalam negeri masih belum dibilang cukup.

Maka dari itu, Saya pun mencoba untuk melakukan research mengapa Indonesia masih mengimpor beras. Ada beberapa alasan, yaitu :

  1. Produksi beras lokal yang masih terbatas (sumber dari Finance).
  2. Musim kemarau tahun 2018 (sumber dari CNN)
  3. Konversi lahan yang tidak balance, dari lahan pertanian menjadi lahan perkotaan itu sangat cepat dibandingkan sebaliknya (sumber dari Finance).
  4. Pembangunan infrastruktur-infrastruktur baru, terutama di bidang industri. Tentu saja masuk ke poin ke-3. Yaitu berdampak pada alih fungsi lahan (sumber dari Finance).
  5. Menjaga ketersediaan stok beras.
  6. Stabilisasi harga dan
  7. Cadangan apabila ada bencana/serangan hama.

Terus ekspornya kapan?

indonesia-5cdf7822733c4367e735c2b9.png
indonesia-5cdf7822733c4367e735c2b9.png

 

Seperti yang dipaparkan dari gambar diatas Export Growth di Indonesia dari tahun 2008-2018 meningkat hingga 41%

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun