Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelas Itu Penuh Cemas, Tawa, dan Doa-doa yang Tak Terucap

9 Mei 2025   05:44 Diperbarui: 9 Mei 2025   05:44 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di balik tawa mereka, ada hal-hal yang tidak selalu bisa dijelaskan. Tapi bisa dirasakan (Sumber (Pixbay)

Saya pernah bertemu dengan anak yang nilainya selalu rendah. Di rapor, ia tampak seperti siswa yang gagal.

Tapi suatu hari, saya melihat ia membujuk temannya yang menangis karena dimarahi guru lain. Dengan sabar dan lembut. Hari itu, saya tahu: anak ini tidak gagal. Ia sedang tumbuh dengan caranya sendiri.

Nilai akademik itu penting, iya. Tapi kadang kita lupa, nilai empati, keberanian, dan kejujuran juga layak dihargai. Dan sering kali, nilai-nilai itu tidak tercetak dalam angka, tapi dalam cerita.

Refleksi Saya Sebagai Guru

Saya tidak menulis ini untuk mengajari siapa pun. Saya menulis ini karena saya juga sedang belajar.

Belajar untuk lebih peka. Belajar untuk tidak hanya melihat siswa dari hasil ulangan, tapi juga dari tatapan mata mereka saat saya berbicara. Dari nada suara mereka saat menjawab. Dari cara mereka duduk, berjalan, dan diam.

Menurut saya, guru hari ini perlu menjadi lebih banyak pendengar daripada pembicara. Karena banyak anak yang tidak butuh petuah, mereka hanya butuh didengar.

Menjadikan Kelas Sebagai Tempat yang Layak Ditinggali Hati

Bukan hanya siswa yang butuh rasa aman, guru juga. Kadang, kita juga datang ke kelas dengan hati yang lelah.

Tapi saat kita sama-sama menyadari bahwa kelas bukan tempat sempurna, melainkan tempat tumbuh bersama, maka akan ada ruang untuk saling memahami.

Saya ingin kelas jadi tempat di mana anak bisa berkata, "Saya nggak tahu," tanpa takut ditertawakan.

Tempat di mana seorang siswa bisa menangis dan tak merasa lemah karenanya. Tempat di mana tawa tidak perlu jadi topeng.

Karena Kita Semua Pernah Jadi Murid

Dan mungkin, tulisan ini juga untuk saya yang dulu. Anak yang takut menjawab soal karena pernah dipermalukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun