Â
Kelas itu bukan sekadar ruang berisi meja dan papan tulis. Ia adalah lanskap kecil yang menyimpan ribuan cerita.
Cerita tentang anak-anak yang datang dengan ransel penuh beban, bukan cuma buku pelajaran, tapi juga keresahan yang tak mereka tahu bagaimana cara menyebutnya. Saya tahu itu, karena saya ada di sana. Setiap hari.
Betapa seringnya kita menonton media social. Disana, kita temukan banyak konten yang ramai membahas tentang seorang siswa yang dihukum karena tak bisa menjawab soal sederhana di depan kelas.
Video-video ini sangat viral. Tapi yang tak terekam kamera adalah jantung yang berdebar, tangan yang berkeringat, dan segumpal rasa malu yang akan ia bawa pulang. Kelas itu, hari itu, jadi panggung rasa takut.
Saat Semua Terlihat Biasa-Biasa Saja
Saya pernah berdiri di depan kelas dengan wajah yang dibuat tegar, padahal dada ini ikut sesak melihat seorang anak terdiam terlalu lama saat ditanya.
Ia bukan tak tahu, saya yakin. Tapi mungkin, seperti banyak dari kita, ia sedang menimbang rasa aman dan rasa malu mana yang lebih pantas dipilih hari itu.
Kita sering lupa, kelas bukan hanya tempat belajar rumus dan teori. Ia juga tempat di mana anak-anak belajar mengenal diri.
Mereka belajar bagaimana cara bicara saat suaranya gemetar, bagaimana menyimpan air mata agar tak terlihat lemah, dan bagaimana tetap duduk tegak saat hatinya ingin berlari.
Mereka Tertawa, Tapi Ada yang Mereka Sembunyikan
Pernah suatu kali, saya melihat sekelompok siswa tertawa lepas setelah pelajaran. Lucu, pikir saya, betapa riang mereka.