Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tips Mengolah Rasa Marah agar Terhindar dari KDRT

13 Februari 2023   19:14 Diperbarui: 14 Februari 2023   06:33 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awalnya kasih sayang. Akhirnya kekerasan dalam rumah tangga. Mengapa kasih sayang tidak tinggal tetap? Mengapa mesti ada KDRT? Tidak adakah cara lain yang bisa diandalkan untuk tidak melakukan kekerasan?

Kita semua berharap bahwa relasi yang didasari kasih sayang tetap langgeng. Namun sayangnya, harapan akan hubungan seperti itu masih jauh dari kenyataan. Ada begitu banyak kasus yang kita temui dalam rumah tangga yang diakhiri dengan kekerasan. Tulisan ini, hanyalah sebuah refleksi pada bulan kasih sayang.

Oleh karena menjamurnya kenyataan KDRT, para peneliti mulai menggali faktor-faktor pemicunya. Dugaan saya, pertanyaan utama dalam penelitian itu adalah mengapa ada tindakan kekerasan dalam relasi rumah tangga?

Hasil penelitian membuktikan bahwa ada banyak faktor penyebab KDRT. Beberapa penyebabnya yang bisa disebutkan misalnya dominasi gender, budaya dan kepercayaan, masalah ekonomi, trauma masa kecil, poligami dan selingkuh

Ada juga penelitian lain yang menemukan bahwa kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh sifat cemburu dan pembagian kekuasaan yang tidak adil. Sementara itu, kesalahan dalam menyelesaikan masalah, kecanduan, dan faktor gangguan mental juga merupakan faktor pemicu dalam KDRT.

Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga pada tingkat survivor adalah perselingkuhan, masalah ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan perbedaan prinsip.

Sementara berdasarkan hasil SPHPN Tahun 2016 mengungkapkan terdapat 4 (empat) faktor penyebab terjadinya kekerasan fisik dan/atau seksual terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan yaitu faktor individu, faktor pasangan, faktor sosial budaya, dan faktor ekonomi.

Kita bisa menyimpulkan bahwa penyebab KDRT adalah sifat cemburu dan pembagian kekuasaan yang tidak adil, kesalahan dalam menyelesaikan masalah, kecanduan, faktor gangguan mental, perselingkuhan, masalah ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan perbedaan prinsip.

Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menggali akar permasalahan KDRT. Namun pertanyaannya bagi kita sekarang adalah apakah hasil penelitian itu sudah bisa menyelesaikan KDRT? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita lihat data KemenPPPA berikut ini.

Menurut data dari KemenPPPA, hingga Oktober 2022 sudah ada 18.261 kasus KDRT di seluruh Indonesia, sebanyak 79,5% atau 16.745 korban adalah perempuan. Selain data tersebut, yang bisa kita soroti dari data dari KemenPPPA itu adalah KDRT juga menimpa laki-laki sebanyak 2.948 menjadi korban.

Nah, kalau kita kembali kepada penelitian SPHPN 2016, angka kekerasan dalam rumah tangga tahun 2022 idealnya sudah tidak ada lagi. Sebab akar permasalahan KDRT sudah ditemukan kurang lebih 6 tahun sebelum KemenPPPA merilis datanya. Atau sekurangnya-kurangnya data KDRT di bawah 10%.

Lantas apakah ada yang salah dengan semua data hasil penelitian? Kita semua pasti sepakat bahwa tidak ada yang salah dengan penelitian. Penelitian yang sudah dilakukan kita yakini sudah menggunakan metode yang valid.

Tugas kita sekarang adalah bagaimana usaha kita untuk mengurangi angka KDRT. Akar masalah sudah diketahui, lalu apa yang harus kita lakukan. Di sini butuh solusi yang tepat.

Catatan saya ini lebih menekankan pada tahap pencegahan. Sebab kita sudah mengetahui kemungkinan-kemungkian penyebab KDRT. Anggap saja penyebab yang sudah ditemukan itu sebagai warning buat saya khususnya dan buat kita semua pada umumnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Penekanan di sini adalah tindakan atau perbuatan. Jadi, tindakan atau perbuatan seseorang yang harus diperbaiki.

Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita mengolah diri kita sendiri agar terhindar dari perbuatan yang kurang baik (tindakan kekerasan)? Prinsipnya adalah aksi yang keluar hanyalah respon dari apa yang terjadi di dalam. Sebagai misal saja, saya memukul seseorang. Peristiwa memukul hanyalah sebagai akibat dari kontrol diri yang lemah atas kemarahan.

Kita beranggapan bahwa faktor pemicu kemarahan adalah sifat cemburu dan pembagian kekuasaan yang tidak adil, kecanduan, faktor gangguan mental, perselingkuhan, masalah ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, bermain judi, dan perbedaan prinsip.

Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena ketidakmampuan seseorang mengelolah semua faktor pemicu kekerasan. Orang mulai marah-marah terhadap pasangan. Dalam situasi seperti ini, orang yang tidak bisa mengontrol kemarahannya selalu memiliki peluang yang cukup tinggi untuk melakukan tindakan kekerasan. Namun orang hebat adalah orang yang bisa mengendalikan rasa marahnya.

Jika Anda ingin menjadi orang hebat, tips berikut ini bisa anda gunakan untuk terhindar dari tindakan kekerasan.

  • Menyadari kemarahan. Cukup menyadari kemarahan. Kok bisa? Cemburu itu sehat. Tetapi cemburu berlebihan itu sesuatu yang tidak baik dan bahkan pada tingkat tertentu bisa berakibat fatal. Kita tahu bahwa cemburu yang berlebihan bisa berujung pada kemarahan terhadap pasangan. Saya sudah marah sekali malah diminta sadari saja. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Ya, selalu ada jedah dalam kemarahan. Tidak semua waktu dalam situasi marah hanya diisi oleh kemarahan. Kita coba berusaha untuk menyadari bahwa saya sedang marah sekarang pada saat jedah itu. Saya yakin lambat laun kemarahan Anda akan berkurang. Coba saja buktikan sendiri.
  • Katakan saja kepada pasangan Anda bahwa Anda sedang marah. Jangan mengatakan mengatakan kecewa atau sedih. Persoalannya adalah ketika anda mengatakan sedih atau kecewa maka pesan yang diterima pasangan sebagai kekecewaan atau sedih oleh pasangan. Kalau anda sedih berarti pasangan anda hanya perlu menghibur anda. Padahal kalau mengatakan anda marah maka ada perilaku yang kurang sreg yang perlu diperbaiki
  • Kalau anda sedang marah, diamlah. Kalau marah andah sudah redah, bicaralah. Orang yang marah biasanya energinya melimpah, tetapi sayangnya kesadarannya menurun. Dalam situasi seperti demikian, orang yang marah biasanya menganggap diri paling benar.

Akhirnya, Kita semua berharap bahwa relasi yang didasari kasih sayang tetap langgeng. Namun dalam prosesnya, seringkali faktor pemicu yang telah disebutkan oleh berbagai penelitian KDRT tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, tentu hal pertama yang perlu kita lakukan adalah berusaha sejauh mungkin semua kemungkinan itu terjadi. Dan jika kita sudah terbak dalam situasi seperti itu, pengendalian rasa marah perlu dilakukan agar tindakan kekerasan tidak terjadi. Say No to KDRT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun