Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kaidah Menulis Pantun

7 Februari 2023   18:10 Diperbarui: 7 Februari 2023   19:44 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunga sekuntum tumbuh di taman,
Daun salam elok mahkota,
Assalamualaikum saya ucapkan,
Sebagai salam pembuka kata.

Apa yang ada di benak kita jika mendengar kata pantun? Tentu kita bisa mendefenisikan pantun sesuai dengan pemahaman kita. Misalnya, pantun adalah jenis puisi lama. Atau pantun adalah susunan kata yang teratur dan bernilai seni tinggi dan setiap akhir kata harus berirama.

Definisi-definisi di atas tidak salah. Namun, tidak salah juga kalau kita melengkapi pemahaman kita dengan beberapa referensi lainnya. Misalnya, menurut Edi Warsidi dan Farika (2008:89), pantun adalah jenis puisi lama yang telah dikenal luas dalam berbagai bahasa di Nusantara. Dalam bahasa Jawa, pantun disebut dengan Parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut dengan Paparikan, sedangkan dalam bahasa Batak pantun disebut dengan Umpasa.

Selain Edi Warsidi dan Farika, Budiono (2010) berpendapat bahwa "Pantun adalah suatu bentuk puisi lama yang khas dari Indonesia". Dalam bahasa Melayu, pantun berarti quatrain, yaitu sajak yang berbaris empat, yang bersajak a-b-a-b. Kadang-kadang ada juga ikatan pantun yang terdiri dari enam ada delapan baris dengan persajakan a-b-c-a-b-c dan a-b-c-d-a-b-c-d. Setiap bait pantun isi pokoknya terdapat dalam kedua baris yang terakhir.

Secara etiomologis, Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata "Pan" yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata "Tun" yang merujuk pada sifat santun. Kata "Tun" dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Pantun berasal dari akar kata "TUN" yang bermakna "baris" atau "deret". Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai "Panutun", oleh masyarakat Riau disebut dengan "Tunjuk Ajar" yang berkaitan dengan etika (Mu'jizah, 2019). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah nasihat yang dituturkan secara sopan.

Dokpri WAG KBMN 28
Dokpri WAG KBMN 28

Pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu. Namun, tiap daerah memiliki pantun. Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006). Memiliki empat baris dan sering disampaikan saat membuka atau menutup sambutan

Contoh :

Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.

Artinya :

Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.

Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)

Contoh :

Sing getol nginum jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol maengan ilmu,
Gunana Dunya akhirat.

Artinya :

Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah tuntut ilmu,
Bagi dunia akhirat.

Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006)

Contoh :

Kabeh-kabeh Gelung konde,
Kang Endi kang Gelung Jawa,
Kabeh-kabeh ana kang duwe,
Kang Endi kang durung ana.

Artinya :

Semua bergelung konde,
Manakah si Gelung Jawa,
Semua sudah ada yang punya,
Siapakah yang belum punya.

Oleh karena pantun di Indonesia banyak ragamnya maka pantun diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis. (17/12/2020)

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Kegunaan pantun banyak sekali. Pada zaman dahulu, pantun digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun. Selain itu pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

Pantun juga memiliki bentuk yang konsisten. Kekonsistenan yang ditampilkan pantun menjadikannya sangat khas dan unik jika dibandingkan dengan karya-karya sastra lainnya. Berikut ini saya gambarkan ciri-ciri pantun.

  • Satu bait pantun terdiri atas empat baris.
  • satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata.
  • satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.
  • Tiap baris terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata.
  • Baris pertama dan kedua disebut sampiran.
  • Baris ketiga dan keempat disebut isi.
  • Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b.

Pertanyaan sekarang adalah apakah boleh pantun menggunakan sajak a-a-a-a? Boleh saja, namun akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

Dalam kehidupan sehari, terkadang kita pernah membaca pantun hanya dua baris. Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat. Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat Rima (bunyi akhir) tiap baris.

Contoh:

Sudah gaharu Cendana pula,
Sudah tahu bertanya pula.

Perbedaan antara Pantun, Syair, Gurindam dengan Karmina

Dokpri KBMN 28
Dokpri KBMN 28

Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan. Berikut ini adalah contoh syair.

Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan
Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.

Kalau gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan. 

Contoh gurindam :

Jika rajin salat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah.

Gurindam singkat padat dan bermakna. Karmina terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya.

Akhirnya kita hanya bisa menyimpulkan bahwa bahwa pantun memiliki posisi sentral di dalam kesusasteraan Indonesia. Penulis memang menyadari bahwa pengetahuan pantun tidaklah cukup digambarkan dalam artikel sederhana ini. Ada banyak hal yang berkaitan dengan pengetahuan pantun yang tidak sempat ditulis dalam artikel ini. Mohon masukannya di kolom komentar.

Sumber: Tulisan ini adalah hasil diskusi bersama dalam kegiatan "Kaidah Pantun" bersama narsum Miftahul Hadi, S. Pd dalam Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun