Adindaku, Â sudah sejak lama kita sisipkan canda di setiap bincang kita. Aku pikir candaanku selalu menyenangkan hatimu di setiap kita berada di beranda.
Lantas sekarang kau berikan aku hukuman dan denda. Jujur saja, kau memporakporandakan hati ini dengan menghentikan bincang kita. Lantas aku diam sebab kita tidak memiliki timbangan untuk mengukur sejauh mana canda kita dibatasi.
Andai saja padamu ada timbangan, berikan aku timbangan itu. Biar aku mengetahui seberapa berat candaanku membebani hatimu. Andai saja teguran dijadikan timbangan, tegurlah aku sekeras mungkin sebab yang kurasakan teguranmu sangat manis seperti madu
Kucatat saja peristiwa ini pada agenda biar kakanda mengingat tentang canda kita. Kalaupun adinda mau pamit dari hadapanku, ku ikhlaskan saja. Sebab hidup memang begitu adanya. Ada yang datang dan ada yang pergi seperti ada yang lahir dan ada yang mati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI