Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Berasrama: Rumahku yang Kedua

8 September 2022   17:54 Diperbarui: 9 September 2022   21:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dibesarkan dalam sekolah yang berasrama. Sejak mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama sampai menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Kurang lebih saya hidup dalam sekolah berasrama selama 17 tahun.

Sekolah berasrama berarti sekolah yang memiliki asrama di dalam sekolah. Siswa melaksanakan semua kegiatan di dalam sekolah termasuk tidur, makan, sekolah dan kegiatan lainnya. Kalau demikian adanya, maka siswa tidak lagi bersama orang tua dalam jangka waktu tertentu.

Kesan saya secara umum mengenai sekolah berasrama sangat baik. Saya mengatakan bahwa ucapan terima kasih tidaklah cukup untuk memberikan rasa hormat saya untuk tiga almamater saya.

Mengapa saya harus memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya untuk sekolah berasrama? Alasannya adalah sekolah berasrama memiliki beberapa kelebihan.

Pertama, Dalam sekolah berasrama aturannya jelas. Setiap anggota komunitas wajib patuh dan taat pada aturan yang sudah ditetapkan. Aturan mengatur seluruh aktivitas anggota sejak bangun pagi sampai dengan tidur di malam hari.

Kedua, Hidup kerohanian sangat diperhatikan. Dalam hidup berasrama kehidupan rohani (doa pagi, baca kitab suci, dan lain sebagainya) selalu berjalan beriringan dengan kegiatan non kerohanian.

Ketiga, Sekolah berasrama memiliki pendamping. Pendamping yang dimaksudkan adalah Pembina asrama. 

Pembina asrama  memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengelolah asrama. Kemampuan yang dimiliki pembina mencakupi kompetensi rohani, intelektual, dan emosi. Seorang pembina asrama mendampingi siswa sebanyak-banyak 25 orang siswa. 

Jika dalam satu asrama ada 200 orang siswa maka jumlah pembinanya adalah 4 orang. Tugas seorang pembina adalah mendengar keluhan siswa baik keluhan hidup rohani dan maupun keluhan mengenai kegiatan non rohani (belajar, interaksi sosial, dll). Pembina srama tidak hanya mendengarkan keluhan tetapi juga mencarikan solusi bagi warga asrama terhadap masalah yang dihadapi.

Saya sendiri mengakui bahwa (berdasarkan pengalaman saya tentunya) jarang ditemukan dalam hidup berasrama mengalami kekerasan.  Alasannya adalah selain semua orang dispilin dan diatur hidupnya oleh aturan yang ketat, pembina asrama sangat dekat dengan anak-anak asrama. Seorang pembina asrama adalah ayah dan ibu kami dalam asrama.  Semua persoalan yang dihadapi oleh anggota asrama disampaikan ke pada pembina asrama. Pembina mengambil sanksi yang sepadan bila ada yang melanggar aturan ataupun melakukan kekerasan. Misalnya, diberi sangsi bagi pelanggar aturan, tidak boleh tidur siang tetapi membersihkan taman bunga atau kebun.

Keempat, di dalam hidup berasrama nilai kebersamaan sangat diutamakan. Semua dilakukan bersama-sama. Doa bersama, makan bersama, belajar bersama, olahraga bersama. Semua dilakukan bersama. Lama-lama kelamaan tumbuh rasa persaudaraan yang tinggi di antara sesame anggota asrama.

Saya ingat baik satu hal sederhana tetapi sangat sarat makna di saat makan. Biasanya, anggota-anggota asrama dibagi merata pada setiap meja-meja yang sudah disiapkan. Satu meja makan ditempati oleh enam orang. Jika kehabisan nasi ataupun sayur, ketua kelompok atau anggota kelompok dalam satu meja boleh mengambil satu senduk nasi dari meja-meja lain. Dikumpulkan menjadi banyak. Anggota meja tidak kelaparan. Hahahahahaha

Kelima, setiap akhir tahun ada kegiatan rohani akbar. Kegiatan ini menghadirkan pihak ketiga utuk memberikan terapi kerohanian seperti penyembuhan luka-luka batin atapun kegiatan yang menumbuhkan kesadaran kerohanian dari setiap anggota asrama.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki asrama di atas sangat tidak mungkin memberi peluang terjadinya kekerasan. Semua "pergerakan"anggota diatur sedetail mungkin dan sentuhan kemanusiaan menjadi kunci dalam seluruh aspek pelayanan dalam hidup berasrama. Jika terjadi kekerasan dalam hidup bersama maka hal yang perlu dievalusi adalah instrumen-instrumen yang terlibat di dalam kehidupan berasrama itu. Misalnya: apakah sebuah sekolah berasrama memiliki aturan hidup yang jelas dan tegas. apakah sebuah sekolah berasarama memiliki pembina asrama yang memang berkualified dalam membimbing siswa. 

Jadi tidak selamanya sekolah berasarama itu identik dengan kekerasan. Sekolah berasrama adalah rumah kedua bagi para anggotanya bila semuanya diatur dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun